Airport
“Udah siap Nat?” Tanya Mile tepat setelah menginjakkan kaki di rumah Natta.
Ia melihat Natta memeluk Bara dengan erat, berpamitan dengan adeknya itu.
“Udah Mile, yuk.” Mile mengangguk, segera mengambil alih koper dan ransel milik Natta untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil.
“Lu cuma bawa dua ini aja?”
“Iya, koper kabin sama ransel, gue kan cuma empat hari.” Balasnya sambil mengekor Mile menuju mobil.
Natta memperhatikan Mile yang sedang meletakkan kopernya di bagasi mobil sebelum ia membawa tubuhnya duduk dengan nyaman di kursi penumpang.
Mobil Mile berhenti di area drop off bandara, Natta sendiri yang meminta Mile untuk tidak mengantarnya sampai ke pintu masuk agar pria itu bisa segera pergi ke kantor.
Kedua pria itu turun dari mobil dan segera menuju bagasi belakang,
“Ada yang kurang?” Tanya Mile setelah menurunkan barang bawaan Natta lalu menutup pintu bagasi.
“Gak ada kok, gue kan emang cuma bawa satu koper sama ransel.” Balas Natta lalu menunjuk koper dan ranselnya.
“Ada ah,” Natta mengernyit, memperhatikan Mile yang tiba-tiba sibuk dengan ponselnya.
“Apaan deh?” Tepat setelahnya, ponselnya bergetar.
Alisnya tertekuk bingung setelah melihat satu notifikasi masuk dari mobile banking-nya, dengan cepat ia mengecek mobile banking-nya
Manik matanya membesar setelah melihat sejumlah uang yang masuk ke rekeningnya,
“Mile?! Lu kenapa ngirim duit ke gue sih? Gue balikin ah.”
“Kalo lu balikin, nanti gue transfer lagi dua kali lipat.” Gerakan jari Natta terhenti,
“Buat apa Mile? Gue ada uang kok.” Yang lebih tua ngangguk.
“Anggap aja uang saku dari gue, habisin dah tuh buat healing. Jadi waktu lu balik, makin tambah semangat skripsiannya.” Ujung bibir Natta tertekuk, ia merasa tersentuh.
“Ini seriusan?” Mile mengangguk mantap.
“Gue serius, enjoy your short escape Nat.” Reflek Natta memeluk pria di hadapannya.
“Thank you so much Mileno Hakan, harusnya gue yang bayar lu gak sih karena nitip Bara.” Mile terkekeh, sedikit terkejut dengan pelukan Natta.
“No worries, Bara aman sama kita bertiga.” Natta melepas pelukannya,
“Kalo gitu gue masuk ya, terimakasih juga udah mau repot-repot antar gue.”
“Gak repot, gih masuk. Safe flight.” Natta tersenyum lebar, kedua matanya membentuk bulan sabit.
“Bye Mile.” Keduanya saling membalas lambaian tangan.
Netra Mile memperhatikan punggung Natta sampai menghilang di balik pintu masuk bandara.
Ia tersenyum sebelum kembali masuk ke dalam mobilnya.