Be My Mistake

Mobilnya berhenti dengan aman di depan rumahnya. Mile menoleh ke arah Natta yang tertidur sejak ia jemput dari rumah sakit. Dokter sangat menyarankan Natta untuk rawat inap setidaknya tiga hari, tetapi pria itu menolak karena ia harus mengejar bimbingan terakhirnya.

Suhu badannya masih cukup tinggi, sehingga dokter berpesan agar Natta mendapatkan istirahat yang cukup dan segera kembali ke rumah sakit jika keadaannya tidak kunjung membaik.

Mile bisa mendengar dengkur halus Natta, wajahnya terlihat cukup pucat. Ia seperti tidak enak hati untuk membangunkan tetangganya itu.

“Nat, bangun dulu yuk, udah sampai.” Mile menepuk pelan bahu Natta.

Natta bergeming, terlihat tidak terganggu dengan tepukan Mile.

Yang lebih tua mulai panik, takut jika kondisi Natta memburuk. Dengan cepat ia melepas sabuk pengaman dan mencondongkan tubuhnya ke arah Natta, berusaha mengecek kondisi Natta lebih dekat.

“Nat, bangun, are you okay?” Natta terlihat mengigau dalam tidurnya.

Should we go back to hospital Nat? Natta?” Mile mulai mengguncang pelan tubuh Natta.

Natta meleguh, kelopak matanya mulai bergerak terbuka.

Mile memperhatikan gerakan Natta, ia bahkan tidak sadar jika tubuhnya terlalu dekat dengan Natta saat ini.

Natta mengerjap pelan, kepalanya terasa sakit sekali, diikuti pandangannya yang memburam.

Wajah Mile adalah hal pertama yang ia lihat setelah membuka mata, ia bahkan mengira, saat ini dirinya sedang bermimpi karena posisi wajah mile yang sangat dekat dengan wajahnya.

“Mile?” Suaranya serak,

“Ya? Do you need any help?” Natta memperhatikan wajah Mile lebih teliti,

ia pasti bermimpi, yakinnya.

“Gue mimpi ya?” Mile mengernyit bingung.

“Mimpi? Maksudnya?” Kedua tangan Natta bergerak menyentuh wajah Mile.

Mile bisa merasakan suhu panas menyentuh kedua pipinya.

“Kayaknya kita perlu balik lagi ke rumah sakit,” Natta menggeleng.

“Gue gak mau ke rumah sakit, gue gak sakit.” Suara Natta melemah.

Mile membiarkan Natta yang masih menyentuh wajahnya.

“Ternyata gue bisa mimpiin lu juga ya Mile.” Mile semakin bingung dengan perkataan Natta.

Siapa yang mimpi? Natta? Apakah ini efek demam?

Mile bingung sendiri.

“Mile.”

“Hm?” Kedua iris mereka bertemu.

Can I kiss you?” Manik Mile melebar, tidak menduga pertanyaan yang terlontar dari belah bibir Natta.

Belum sempat ia menjawab, Natta menarik wajahnya semakin dekat.

Ia bisa merasakan nafas panas menerpa wajahnya, dan detik berikutnya, bibir mereka bertemu.

Natta menciumnya.

Natta menciumnya.

Natta menciumnya.

Kata-kata itu terus berputar di dalam kepalanya, dan tanpa sadar matanya ikut terpejam.

Kedua tangannya mengukung Natta, agar tubuhnya tidak menimpa yang lebih muda.

Membiarkan Natta menciumnya.

Atau mungkin,

membiarkan dirinya menerima ciuman Natta?

.dearyoutoday