Bertemu
“Hai, sorry aku telat ya?” Ucap Win setelah menemukan Luke yang duduk di salah satu kursi di sudut kafe.
“Nggak kok, aku juga baru aja sampai.” Win ngangguk lalu menjatuhkan pantatnya.
Kalo boleh jujur, Win hampir saja melupakan janjinya untuk bertemu dengan Luke. Beruntung ia segera ingat di menit-menit terakhir sebelum menyetujui ajakan teman-temannya untuk menghabiskan malam minggu di resto sushi.
“Kamu mau pesan apa Win?”
Ah satu lagi, mereka juga sepakat menggunakan aku-kamu sejak bertemu di rumah Win.
Win menatap daftar menu di hadapannya.
Tidak banyak makanan berat disana, sedangkan ia sangat lapar saat ini.
“Samain aja kayak kamu.”
“Es kopi?” Tawar Luke.
“Boleh deh, sama kentang goreng satu ya.” Luke ngangguk, setelahnya memanggil pelayan.
“Sebenarnya aku gak enak ngajakin kamu ketemuan kayak gini.”
“Gak enak kenapa?”
“Gak enak aja, aku juga gak enak sama Bright.”
Win jadi teringat chat dari Bright yang belum ia buka sampai sekarang.
“Ohh, Bright ngerti kok.” Jawab Win, berbohong.
“Bright tau kita ketemuan?” Win ngangguk.
Pesanan mereka datang.
“Kamu sama Bright beneran mau lanjut ke hubungan yang lebih serius Win?” Gerakan mengaduk es kopi Win terhenti.
“Kenapa gitu?” Tanya Win balik.
“Kamu yakin sama dia?” Win mengernyit.
“Maksudku, Bright terlihat bukan tipe pria yang siap berkomitmen dalam waktu dekat.”
“You know, your parents butuh jawaban secepatnya.” Lanjut Luke mulai menyedot es kopinya.
Win menenggakkan punggungnya, memperbaiki posisi duduk.
“If I marry you, can you guarantee my happiness?” Luke mengangkat kepalanya.
“Sure, why not? Aku bukan orang yang suka main-main, udah gak umurnya lagi.” Balas Luke yakin.
Ada hening yang tercipta selama beberapa detik.
“Oke, akan aku pikirkan.” Luke ngangguk, lalu tersenyum.
“Win!” Keduanya noleh,
“Nagun?” Gun ngangguk.
“Ini tongkrongan gue sama anak-anak studio, tumben banget liat lu disini Win.”
“Eh? Oh, yang milihin tempat temen gue. Kenalin, ini Luke.”
“Hai, gue Gun.”
“Gue Luke.” Keduanya berjabat tangan.
“Jadi Luke ini temennya bang Jumpol.”
“Dan Nagun ini adek sepupunya kak Gun.”
“Ohhh.” Keduanya mengangguk.
“Lu sendirian kesini?” Gun menggeleng.
“Sama anak studio, tapi mereka di-” Pria itu memutar tubuh.
“Eh? Kok kalian disini?”
“Lu lama banget anjir nyari tempat doang, pindah aja lah kita kalo penuh.” Keluh salah satu temannya.
“Sabar anjir, ada temannya kakak gue.” Kedua temannya noleh.
“Win?”
“Bright?”
“Loh? Kalian berdua udah saling kenal?” Gun bingung.
Semua bingung
“Bukannya Bright pacarnya Win?” Ucap Luke ikut bingung sama situasi mereka.
“Hah?” Kedua teman Bright lebih bingung dan kaget.
Bright melirik Luke lalu menatap Win yang duduk di depan Luke.
Ekspresi pria itu tidak terbaca, berbeda dengan Win yang terlihat mulai panik dan mencoba mengirim sinyal ke arah Bright lewat matanya.
“Emang kita pacaran?” Tanya Bright tiba-tiba.
“Eh?” Luke bingung.
Win hampir saja tersedak ludahnya sendiri.
“Jadi kalian pacaran atau nggak?” Tanya Gun ikut penasaran.
“Ayo ikut gue pulang, lu dicariin papa di rumah. Gue tunggu depan.” Tepat setelahnya Bright segera meninggalkan keempat orang yang masih memasang ekspresi tidak mengerti.
“Aku duluan ya Luke.” Win mengeluarkan dompetnya.
“Aku aja yang bayar.” Tahan Luke.
“Oh oke, terimakasih.” Win segera berdiri.
“Gue duluan ya Nagun.” Gun ngangguk masih dengan tampang bingungnya.
Win segera berlalu dari mejanya.
Jantungnya nyaris saja pindah tempat.