CW// barebacking, anal sex, nipple play, overstimulation, pissing, handjob, blowjob, etc
Hampir sepuluh menit sejak pertama kali Noah mendudukan dirinya di sofa kamar hotel yang Victor pesan untuk mereka. Ia hanya bisa menatap lantai dengan gelisah, sedangkan Victor hanya memandang tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari single sofa di hadapannya.
Ia sangat terkejut ketika menerima data diri orang yang berhasil memenangkan lelangan atas dirinya, rasanya Noah ingin sekali membatalkan lelangan saat itu juga, namun darimana lagi ia bisa mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu singkat?
Victor Regar, ia bahkan masih ingat betapa kagetnya dia ketika membaca nama tersebut, jantungnya seperti merosot ke lantai. Setelah hampir dua tahun menjauh dari pria tersebut, takdir seperti membawanya kembali, namun dengan cara yang salah.
Ada banyak hal yang ingin Noah katakan, tapi ia sadar, Victor tidak akan peduli, lagipula dirinya yang memulai semua ini.
Noah bisa mendengar helaan nafas Victor, ia masih terlalu takut untuk mengangkat kapalanya.
“Did I paid you a lot of money, just to see you stay still like this, Noah?” Tubuh Noah menegang, ia bisa mendengar nada dingin dari pertanyaan sarkas yang dilontarkan Victor.
“Take off your clothes!” Noah mengangkat kepalanya, akhirnya ia bisa melihat wajah Victor, pria yang terang-terangan menaruh hati untuknya, namun ia tolak tanpa alasan.
Ekspresi itu, ekspresi yang belum pernah Noah lihat sebelumnya, karena Victor selalu tersenyum hangat kepadanya.
Tapi itu dulu, sebelum ia meninggalkan Victor begitu saja, meninggalkan tanda tanya besar untuknya.
“Are you a deaf? Or you just want to playing around here?” Tatapan menusuk Victor membuat tangannya bergerak pelan ke arah kancing kemejanya.
Dengan tangan gemetar, Noah menanggalkan satu per satu kancing kemeja biru mudanya.
Satu kancing terbuka, tergores pula egonya.
Dua kancing terbuka, denyut sakit terasa di dadanya.
Tiga kancing terbuka, ia hampir menangis.
Dan dengan bersusah payah, Noah berhasil menelanjangi bagian atas tubuhnya.
Victor masih diam, belum ingin membuka suara lagi, namun Noah bisa melihat obsidian berkabut nafsu milik pria di hadapannya itu.
Jemarinya meraih gesper, ia menghela nafas sebelum akhirnya menarik keluar gesper dari tempatnya.
Tangannya semakin terasa basah ketika meraih kaitan celana panjangnya, ia merasa takut.
Noah menelan ludahnya susah payah, lalu melepas turun celana panjangnya melewati kaki kecilnya.
Sekarang hanya tersisa celana dalam putih yang menutupi bagian selatannya.
Sangat kontras dengan kulit eksotisnya.
Kedua iris mereka bertemu, Noah ingin memohon, sangat ingin, namun ekspresi dingin seperti mengunci seluruh pergerakannya.
“Stop it there!” Ucap Victor ketika kedua ibu jarinya hampir menyentuh karet celana dalamnya.
“Stand up!” Perintahnya lagi, sambil menggerakkan telunjuknya, meminta Noah berdiri.
Degupan jantung Noah semakin kencang, ia bahkan seperti bisa mendengar suara degupannya.
Dengan takut-takut, Noah berdiri dari duduknya. Telapak tangannya berusaha menutupi bagian selatan tubuhnya.
“Apa yang coba lo tutupi, Noah?” Satu pertanyaan sederhana, tapi sukses menyingkirkan tangan Noah.
Noah berdiri dengan kikuk, telihat aneh baginya hanya mengenakkan celana dalam putih dan sepasang kaos kaki putih.
“Look at me!” Reflek Noah mengangkat wajahnya, iris mereka kembali bertemu.
Demi Tuhan, Noah bisa melihat Victor yang menjilat ujung bibirnya, pria itu tidak ingin repot-repot menyembunyikan hasratnya.
“Berbalik.” Noah bergeming, ia seperti tidak menangkap perintah Victor, terlalu sibuk bertarung dalam pikirannya sendiri.
“Do you hear me? Berbalik!” Tubuhnya tersentak, ia segera membalik tubuhnya, menghadap dinding kamar hotel yang baru ia sadari sangat amat mewah.
“Now, put your left knee on that couch.”
Hah? Apa? Perintah macam apa ini.
Walaupun batinnya menolak, ia tetap melakukan perintah Victor. Pria itu nenumpukkan kedua tangannya pada kepala sofa, dan mengangkat kaki kirinya, lututnya ikut bertumpu disana.
Noah menyadari, posisinya membuat pantatnya meninggi ke arah Victor. Pria itu bahkan tidak tau apakah ia masih memiliki harga diri atau semuanya telah hancur sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di kamar hotel ini.
Lima menit terlewati dengan Noah yang bertahan di posisi itu, entah apa tujuannya, namun Victor sudah menyuruhnya kembali ke posisi awal.
“Come here!” Entah mengapa gerakan telunjuk Victor seperti menghipnotisnya, ia melangkah semakin dekat dengan yang lebih tua.
“Kneel down!” Satu gerakan telunjuk, dan Noah sukses berlutut di hadapannya.
“Take this off and suck my dick!” Noah linglung, perintah Victor jelas ditujukkan untuknya, dan otaknya menolak itu.
Dengan takut-takut Noah mengangkat kepalanya, berusaha melihat wajah Victor. Tatapan itu masih sama, tatapan dingin menusuk dan merendahkan sangat jelas tergambar disana.
Haruskah ia memohon sekarang? Setidaknya meminta maaf terlebih dulu? Apakah sudah terlambat sekarang?
Begitu banyak pertanyaan berputar di kepalanya sampai tiba-tiba ia merasakan tamparan kecil di pipinya.
Victor mencengkram dagunya, wajah mereka kini hanya berjarak beberapa senti.
“Lo udah lelang tubuh lo itu kayak pelacur lain, so, act like one.” Bisiknya tepat di depan wajah Noah.
Hatinya mencelos, perkataan Victor melukai perasaanya.
“You’re an expensive slut that I ever bought, so, don’t be the worst one, Noah.”
Betapa hancur hati Noah setelahnya, ia salah menganggap Victor masih akan berlaku baik, seharusnya ia sadar, Victor yang dulu sangat hangat sudah hilang.
“Suck it now!” Bentak Victor yang langsung direspon Noah. Kedua tangannya meraih gasper Victor dan membukanya dengan terburu-buru.
Tidak perlu waktu lama sampai Noah berhasil menanggalkan kain yang menutup bagian bawah Victor.
Ia termangu setelah melihat batang kejantanan Victor yang sudah terbebas, matanya membola setelah menyadari ukuran penis Victor.
Apa mungkin ukurannya dua kali ukuran miliknya? Atau tiga kali? Apa wajar memiliki penis berukuran besar seperti itu?
Lagi, isi kepalanya kembali meributkan banyak hal.
Dengan gemetar Noah mengarahkan kedua tangannya ke batang kejantanan Victor, ia bisa merasakan kedutan disana.
“I- I don’t think it would fit in my mouth, Victor.” Ucap Noah takut, baru memegangnya saja ia sudah tau itu tidak akan muat.
“That’s not my problem, gue bayar lo, so do your job!”
Noah tersentak, kalimat Victor terus menyakiti hatinya.
Dengan perlahan ia mengurut penis Victor, bahkan tangannya saja tidak bisa menggenggam secara keseluruhan, ukurannya tidak normal, menurut Noah.
Ia dekatkan wajahnya ke arah batang kejantanan Victor lalu mulai menjilatnya.
“Good, lick it properly and don’t bite my dick.” Ucap Victor lalu meremas rambut Noah.
Noah bawa lidahnya sepanjang batang kejantanan Victor lalu kembali turun. Ia bisa mendegar suara desahan tertahan Victor.
“Open your mouth.” Noah membuka mulutnya semakin lebar, ia bahkan bisa merasakan nyeri di sudut bibirnya.
Victor menjambak rambut Noah dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya bergerak mengarahkan penisnya ke depan mulut Noah yang sudah terbuka lebar.
Dan dengan satu dorongan kasar, mulut Noah sudah tersumpal penis besar Victor.
“FUCK!” Victor menyukainya, mulut Noah memang cocok dengan penisnya.
Sedangkan Noah hanya bisa terbatuk, ia tidak siap dengan gerakan mendadak itu.
Victor kembali menarik rambut Noah, lalu mendorongnya lebih kasar.
Ujung penis Victor bahkan melewati pintu tenggorokannya, Noah nyaris muntah.
Gerakan kasar Victor membuatnya bertumpu pada kedua paha sang dominan. Ia hanya bisa memejamkan mata setiap kali Victor mendorong penisnya kasar, bahkan ia bisa merasakan liurnya total membasahi dagu hingga turun ke dadanya.
Noah bisa merasakan dengan jelas ketika batang keras itu keluar-masuk mulutnya diikuti geraman rendah Victor.
Ia total pasrah, dirinya sudah tidak peduli dengan apapun yang akan ia hadapi.
“Do you know that you have amazing mouth, Noah? Hm?” Tanya Victor lalu kembali menekan kepala Noah, kali ini ia sengaja menekan semakin dalam membuat Noah meronta dan menepuk kedua paha Victor panik.
Noah kacau, ia terbatuk hebat setelah berhasil melepas penis Victor dari mulutnya.
Victor bisa melihat saliva yang membasahi bibir Noah.
“Sexy slut.” Ucapnya lalu mengusap bibir Noah dengan ibu jari lalu membukanya kembali.
“Suck it again!”
Noah menatap Victor tidak percaya, ternyata belum selesai.
Yang lebih tua membawa kepala Noah mendekat ke arah penisnya, lalu kembali menghujam penis itu ke dalam mulut Noah.
Noah terus mengulum penis Victor tanpa ampun.
Tangan kirinya bergerak ke arah puting Noah yang entah sejak kapan sudah menegang.
“Ughhh!” Noah reflek memundurkan dadanya ketika Victor menarik putingnya dengan tiba-tiba.
Jemari Victor terus mengerjai area putingnya sedangkan Noah hanya bisa pasrah dengan mulut yang terus bergerak naik-turun di batang kejantanan pria itu.
“Unghh.”
Noah pening, mulutnya sudah pegal, dan kali ini putingnya mulai ngilu.
“Fucckkk!” Victor menarik kepala Noah menjauh dari penisnya.
Ia bisa melihat benang saliva terjalin antara mulut Noah dan penisnya.
“Take that off.” Telunjuk Victor mengarah ke satu-satunya kain yang menutupi kejantan Noah.
Noah panik, ia harus melepas celana dalamnya.
“Gue gak mau nunggu, Noah.” Suara dingin Victor membuat Noah semakin panik, dengan cepat ia menanggalkan celana dalamnya, menyisakan sepasang kaos kaki yang membungkus kakinya.
Noah bisa melihat seringai di wajah Victor, ia tidak tau harus seperti apa. Victor sudah melihat seluruh tubuhnya, ia total telanjang di depan pria itu.
Victor mengarahkan maniknya ke batang kejantanan Noah yang setengah menegang lalu mendengus, ternyata pria itu terpancing juga.
Tangannya menarik lepas atasannya, keduanya sudah sama-sama bertelanjang.
“Duduk sini!” Satu tepukan di pahanya cukup membuat Noah mengerti dan segera membawa tubuhnya ke pangkuan Victor.
Ia tersentak kecil ketika merasakan penis Victor menyentuh belahan pantatnya.
Posisi Noah yang lebih tinggi membuat Victor tepat berhadapan dengan dada si submisif. Dan tanpa aba-aba ia mulai mengigit puting Noah.
Noah tentu saja terkejut bukan main, ia reflek meremas bahu Victor, dan bisa merasakan penisnya bergesekan dengan perut berotot milik sang dominan.
“Umhhh—.” Satu desahan tertahan dari Noah. Victor mengigit putingnya seolah ia akan mengunyah dadanya. Sedangkan puting satunya terus dipilin dan ditarik.
Serangan di kedua dadanya mulai menarik nafsunya, Noah pusing.
“Akh!” Victor menarik gemas puting kirinya, rasanya ngilu luar biasa.
Noah hanya bisa meremas bahu Victor untuk melampiskan rasa ngilu sekaligus geli yang ia rasakan di kedua putingnya.
Melihat Noah yang mulai terbawa suasana, Victor mengambil kesempatan untuk mengarahkan penisnya ke arah lubang Noah, dan Noah langsung menyadari hal itu. Pria itu mulai panik ketika kedua tangan Victor membuka belahan pantatnya dengan mulut yang masih sibuk menghisap dan mengigit putingnya.
Noah menggeleng ribut, ia tidak siap menerima penis besar Victor, dirinya takut bukan main.
Dan Victor? Tentu saja pria itu tidak peduli. Tangan kirinya mulai mengarahkan ujung phallus-nya di bukaan anal Noah.
“Tolong pelan-pelan Vic, gue mohon.” Suara Noah terdengar bergetar, jelas sekali ia takut.
“Don’t forget, I paid you. All of this not free, Noah.” Dan tanpa belas kasih, phallus-nya menghujam lubang anal Noah begitu saja.
Noah tentu memekik kaget bercampur sakit, bagaimanapun juga ukuran kejantanan Victor ditas rata-rata, dan memasukkannya sekaligus sama saja menyiksa dirinya.
Dirinya reflek mengetatkan lubang analnya,
“Don’t do that.” Teguran Victor membuatnya ciut, dengan susah payah ia berusa lebih tenang ketika batang kejantanan Victor bergerak semakin masuk.
Tubuhnya mengejang dan bergetar secara bersamaan, rasanya seperti disobek paksa. Ia hanya bisa membuka mulutnya dengan suara yang tercekat, putus-putus.
Walaupun begitu, Victor bisa merasakan ujung penis Noah yang semakin basah oleh precum, ia berdecih.
“Tolol.” Ucapnya lalu meraih pinggang Noah.
Tanpa menunggu Noah yang masih mencoba menerima kejantanan Victor di dalam tubuhnya, pria itu langsung mengangkat tubuh Noah dan kembali membantingnya kebawah.
“AKHHH—!” Tubuhnya bergetar lagi, semakin sakit.
“You will love it, Noah.” Ucap Victor dan kembali melakukan hal yang sama, lagi dan lagi.
Noah hanya bisa meringis dan mendesah, ia tidak bohong dengan sakit yang ia rasakan di analnya.
Sedangkan Victor semakin gencar mencari kenikmatannya, gerakannya semakin kasar.
Noah yang masih berusaha beradaptasi kembali memekik ketika secara tiba-tiba Victor berdiri sambil menggendong tubuhnya, reflek ia lingkarkan kedua kakinya di pinggang sang dominan.
Gerakan itu tentu membuat penis Victor menghujam semakin dalam.
Victor membawanya ke arah cermin besar yang terletak di ujung ruangan, lalu menurunkan tubuh Noah disana.
Ia mengeluarkan penisnya, yang direspon ringisan dari yang lebih muda, lalu membalik tubuh Noah yang berhadapan langsung dengan cermin.
Iris Noah melebar setelah melihat pantulan dirinya dan Victor yang total telanjang, seketika rasa malu berkumpul di wajahnya.
Ia tidak sanggup melihat pantulan tubuhnya.
“Jangan nunduk! Look at that mirror, you need to see a slut that I paid for.” Bisik Victor.
“And it’s you, Noah, you are that slut.” Lanjutnya lalu kembali menghujam anal Noah.
“AKHHH—!” Noah bisa melihat bagaimana eskpresi kesakitan di wajahnya dan ia bisa melihat seringai Victor di belakangnya.
Bisa melihat wajah penuh nafsu itu.
Victor menarik kedua tangan Noah kebelakang, membuat tubuhnya semakin condong ke arah cermin.
“Jangan berani-berani menunduk.” Tentu saja ancaman tersebut diterima Noah, ia terus menatap pantulan tubuh telanjangnya yang bergerak mengikuti hentakan Victor.
Ia juga bisa melihat precum miliknya yang mulai menetes ke lantai.
“See? You love it, your dick love it.” Bisik Victor lagi dan Noah hanya bisa mendesah, kesakitannya perlahan berubah menjadi rasa nikmat yang susah dijelaskan.
Dirinya bahkan bisa melihat ekspresi kesakitan yang perlahan menjadi binal di pantulan cermin, ia mulai menyukai pantulan telanjang dirinya.
Irisnya memperhatikan penis tegangnya yang ikut bergoyang, dengan precum yang menetes di ujungnya.
Sungguh luar biasa, ia mulai gila.
Tangan kiri Victor meraih puting Noah lalu menariknya kasar,
“Anghhh.” Oh, Noah mau lagi.
Jemari Victor terus mencubit dan menarik puting Noah, sedangkan pinggulnya terus menghentak kasar tanpa ampun.
Garukan di putingnya menarik nafsu Noah semakin tinggi, ia ingin ujung kuku Victor terus melakukannya.
Noah hanya bisa mendesah dengan pandangan yang terus tertuju ke arah cermin, bahkan kini pandangannya buram akibat air mata menumpuk, dan yang bisa dirinya lihat sekarang cuma bayangan penisnya di cermin yang terus mengayun bebas.
Noah merasakan gelombang pelepasan yang hampir datang, telinganya berdengung panjang dan pahanya semakin bergetar dan terbuka lebar.
“Gue selalu penasaran, kenapa lo tiba-tiba jauhin gue tanpa sebab, hmhh.” Bisik Victor di belakangnya dengan pinggul yang semakin kuat menghentak.
“And I've got the answer. Because you chose this way over me, thank God, I’m rich, rich!”
“NGGHHH—“ Noah bergelinjang ketika Victor dengan sengaja menghentaknya lebih kuat.
“Viccchh, akhh.” Noah hampir sampai, perutnya mulai menegang.
Victor mendapat sinyal pelepasan Noah, tangannya semakin memilin kasar puting Noah.
“VIC— VICTORRRR! AAAAAKHHH!” Seketika rasa pening, nyeri, dan lega berkumpul dan bercampur jadi satu menyerang Noah telak.
Noah sampai, tanpa disentuh.
Tubuhnya mengejang sesaat lalu bergetar setelah seluruh cairannya tumpah.
Victor bisa melihat cairan Noah yang menghambur dari penisnya, membasahi lantai dan cermin di hadapan mereka.
Kaki Noah melemah, untungnya Victor sigap menahan tubuh lemas Noah.
Sang submisif berusaha mengais oksigen sedangkan Victor menyeringai di belakang, pinggulnya masih terus bergerak, tidak membiarkan Noah beritirahat barang sedikitpun.
“Tu-tunggu Vic, sebentarrrh.”
Oh tidak, gelombang itu datang lagi, bahkan Noah masih susah bernafas.
“VICCCC— AKHHHH! AKHHHHH!” Tubuhnya bergetar lagi, penisnya ngilu luar biasa.
Kepalanya mendongak dengan mata yang total memutih.
Sekali lagi ia keluar, semua karena Victor yang terus menyerangnya.
“Haaa, you should see your slut face here.” Victor meraih dagu Noah lalu mengarahkannya ke depan cermin.
Noah yang masih diambang kesadaran bisa melihat pantulan dirinya yang kacau, dengan wajah binal luar biasa.
Ia bisa melihat mulutnya yang terbuka berusaha mencari oksigen dengan mata sayu.
Victor mengubah posisi Noah menjadi bertumpu pada cermin, dan Noah berusaha berdiri dengan tenaga seadanya.
Tangannya meraih kedua pinggul Noah lalu kembali menghentaknya kuat,
“Ngggh—“ Noah bisa merasakan penis Victor terasa membesar di analnya.
Pria itu hampir sampai.
“AKHHHH!” Noah terpekik, ia bisa merasakan ibu jari Victor menyelip di lubang analnya, ia merasa lubangnya dipaksa terbuka lebih lebar.
“SHIT!” Victor memejamkan matanya, ia semakin cepat menggerakan pinggulnya, pelepasannya semakin dekat.
“I- I am sorry Vic, I am sor- nggh.” Victor reflek membuka matanya, ia bisa melihat pantulan wajah Noah yang sudah basah oleh air mata.
“I am sorry.” Ucap Noah lagi, ia berusaha untuk tidak menangis, tapi entah mengapa rasanya sakit sekali, dadanya sakit sekali.
“Sorry for what?” Gerakan Victor memelan,
“Gue gak maksud ninggalin lo, gue terpaksa, gue—“ Victor kembali menghentak Noah.
“How dare you to explain everything now? Gue nggak butuh!”
Noah semakin kacau, perasaannya campur aduk entah mana yang lebih mendominasi otaknya.
Victor meraih rambut belakang Noah lalu menjambaknya kuat.
“Hmmhh.” Geraman rendahnya terdengar semakin mendominasi.
“FUCK YOU NOAAAH!” Hentakan terakhir Victor sebelum pria itu menumpahkan seluruh cairannya di dalam anal Noah.
Pria itu sengaja menghentak sangat dalam, membuat tubuh Noah mengejang dan bergetar hebat.
“AKHHHH!” Dan Noah kembali sampai, kali ini diikuti air seni yang sukses membasahi cermin, lantai, dan kaki mereka.
Victor melepas tubuh Noah setelah pelepasannya selesai, dan tentu saja Noah langsung jatuh di atas lantai yang basah.
Pria itu bahkan sudah setengah sadar dengan anal yang terisi penuh dan ngilu luar biasa.
“Damn!”
***
Noah menggeliat, matanya dengan perlahan terbuka.
Ia menyipit setelah melihat sedikit cahaya dari balik bahu di hadapannya.
Huh? Bahu? Bahu siapa?
Dan sedetik kemudian pria itu sadar,
“Oh fuck.” Ia segera menutup mulutnya, ia hanya reflek mengumpat.
“Do you want me to fuck you now?” Irisnya melebar, itu suara serak Victor.
Noah baru sadar posisi tidurnya sekarang, tepat di dalam pelukan Victor.
Ia bahkan bisa merasakan tangan Victor melingkar di pinggangnya.
“Vic?”
“What?”
Noah mendongak, mengintip Victor yang masih terpejam.
“I am sorry Vic, gue minta maaf.” Victor menghela nafas dan Noah mulai takut.
Victor bergerak, semakin memeluk Noah dalam dekapnya, bahkan wajah Noah sudah menempel dengan dada telanjangnya.
Uh jujur saja Noah suka wangi tubuh Victor.
“Gue masih ngantuk, nanti aja minta maafnya.” Seluruh perasaan sakit Noah luruh sudah.
Victor kembali, suara yang menengkan itu kembali.
Walaupun ia tidak tau bagaimana akhirnya, tapi ia berharao Victor akan mengerti posisinya.
Ya, semoga saja.