DE JAVU
CW// unprotected sex, anal sex, dry orgasm, pissing, sex toy, kissing, handjob, etc
Apo tidak menyangka Mile langsung mendatangi tempat tinggalnya saat itu juga, tepatnya di jam tiga pagi. Pria itu dengan mudah mengakses pintu masuk Apo, karena Apo tidak mengubah sandi pintunya sama sekali setelah keduanya mengakhiri hubungan beberapa waktu yang lalu.
Apo yang sejak awal berdiri di depan pintu setelah mendengar seseorang mengakses pintu masuknya pun tidak terkejut ketika melihat sosok Mile dengan jaket kulitnya.
Keduanya saling melempar pandang sesaat, Apo pikir Mile akan mulai mengeluarkan amarahnya, namun ternyata pria itu mengambil langkah lebar ke arahnya, dan langsung memeluknya saat itu juga.
Apo tidak menolak, tidak lantas bergerak memeluk kembali, ia hanya diam berdiri di posisinya.
Yang lebih muda bisa merasakan pelukan Mile semakin erat, seperti ingin meluapkan segala rasa yang sudah lama ia pendam.
“Mile, mau sampai kapan lo meluk gue? Jujur mulai sakit.” Reflek pria itu melepas pelukannya, ia hanya terlalu rindu.
“Oh, maaf-maaf, saya— nggak, saya terlalu bersemangat.” Ucap Mile sambil menunduk, rasa bersalah itu masih bersarang di hatinya.
Mile sudah kembali ke mode sebelumnya.
“Jadi ada perlu apa kesini?” Pertanyaan Apo membuatnya kembali berpikir,
Huh? Perlu apa? Mile perlu apa?
Pria itu nampak memikirkan banyak hal, terlalu banyak yang ingin ia utarakan saat ini.
“Saya minta maaf Po.” Kalimat pertama keluar dari belah bibirnya, apapun itu, ia harus meminta maaf terlebih dulu.
“Waktu itu saya tidak bermaksud untuk mengakhiri hubungan kita, saya terlalu tertekan dengan banyak hal sampai melimpahkan segalanya ke kamu. Tidak ada pembelaan, saya akui semuanya salah saya saat itu.”
“Then what? Kita juga udah putus sesuai apa yang lo mau kan?” Mile menggeleng lesu,
“No, I don’t like it, saya tidak mau putus sama kamu Apo, you can do whatever you want, tapi saya mohon balik sama saya, saya bisa gila lihat kamu sama yang lain.” Suara Mile mengecil, ia masih menunduk.
“Look at me Mr. Phakphum,” Mile mengangkat kepalanya, iris mereka bertemu.
Apo bisa melihat kedua iris Mile yang memerah, sepertinya pria itu hampir menangis. Ia juga menyadari jika wajah Mile terlihat lebih tirus dan lesu dari terakhir kali mereka bertemu.
“Tell me once more, sambil lihat gue.”
Mile menelan ludahnya, sudah lama sekali ia tidak melihat Apo sedekat ini, ia sangat ingin menyentuh wajah cantik pria di hadapannya ini..
“Saya minta maaf Po, saya sangat sadar seluruh perkataan saya saat itu menyakiti kamu, dan saya sangat menyesal. Saya tidak mau putus sama kamu, saya bisa gila.”
“Mile,”
“Ya?”
“You know that you’re bastard right? I still remember everything until now, you know it right?” Perkataan Apo mencubit hatinya,
Apakah ini akhirnya? Sampai kapanpun mereka tidak akan kembali bersama lagi?
“I know, I am a stupid bastard, I hurt you until now, I jus— ” Ucapannya terputus setelah Apo dengan tiba-tiba menciumnya,
iya Apo menciumnya.
Tubuhnya hampir limbung ke belakang ketika yang lebih muda menabrakkan tubuh mereka, untungnya Mile dengan sigap menahan tubuhnya dan pinggang Apo.
Ia bisa sangat jelas merasakan kelembutan bibir Apo di atas bibirnya lagi.
Ciuman itu diawali dengan kecupan ringan yang berlanjut dengan saling menghisap lidah satu sama lain. Kedua tangan Apo sudah bertengger manis di rahang tegas Mile, begitu pula kedua tangan Mile yang masih melingkar di pinggang Apo.
Apo terus menghisap bibir Mile dengan penuh nafsu, sampai ia dengan sengaja mengigit bibir bawah Mile gemas. Tentu saja Mile meringis setelah Apo melakukannya, tapi ia sangat menerimanya.
“Such a naughty boy.” Ucap Mile setelah ciuman mereka terlepas dan menghasilkan bibir basah yang bengkak.
“Then please take this naughty boy to the bedroom sir.” Bisik Apo lalu menjilat sedikit darah di bibir Mile.
“No mercy tonight.” Balas Mile sambil meremas pantat Apo lalu mengangkat tubuh yang lebih muda dengan mudah, membuat Apo reflek melingkarkan kakinya di pinggang Mile.
“Yeah, no mercy.” Satu kecupan terakhir dari Apo sebelum Mile membawanya ke kamar.
Mile membanting tubuh Apo ke atas tempat tidur, setelahnya ia segera membuka jaket kulit dan kaos yang ia kenakan. Sedangkan Apo membiarkan Mile menelanjangi dirinya.
Setelah menelanjangi bagian atas tubuhnya, Mile segera naik ke atas tubuh Apo, ia bisa melihat wajah sang submisif yang mulai sayu.
“Can I?” Satu anggukan yang langsung memancing Mile untuk menarik turun celana piyama diikuti dengan melepas kaos biru Apo.
“Damn! really naughty boy here.” Apo terkekeh, ia sengaja menyiapkan hadiah kecil untuk Mile
“So, kamu sengaja mancing saya kesini? Hm?” Tanya Mile tepat di depan wajah yang lebih muda, sedangkan tangan kanannya bergerak turun ke arah lubang senggama Apo yang sudah dihiasi butt plug bewarna merah muda, warna yang sangat kontras dengan kulit eksostisnya, dan tangan kirinya menggenggam penis Apo yang sudah terikat pita cantik dengan warna senada.
“Unghh— hmm.” Apo mengangguk, dirinya memang sengaja memancing Mile datang, jika tidak, hubungan mereka tidak akan pernah membaik.
“How pretty you are, Apo.” Ucap Mile sambil mengurut batang kejantanan submisifnya.
“Hnghh— uh Mile.” Apo mendongak, sensasi itu kembali lagi.
“And this little thing here, sangat cantik sekali.” Lanjutnya lalu menekan butt plug Apo.
“UGHHH—!” Apo terlonjak kaget, dua rangsangan sekaligus.
Mile mengecup kedua mata submisifnya sebelum membawa tubuh besarnya turun ke arah selatan tubuh Apo.
“How sexy is this.” Bisiknya setelah melihat butt plug Apo dari dekat. Ia bawa wajahnya semakin dekat ke arah lubang anal sang submisif lalu menjilat pelan pinggiran butt plug yang masih tenggelam disana.
“Ahhh! Hnggh.”
Jemarinya mulai menyentuh butt plug itu, dan dengan perlahan ia menariknya keluar diikuti suara rintihan pelan Apo. Tangannya terus menarik sampai ia hampir melihat ujungnya, dan dengan cepat Mile mendorong kembali butt plug tersebut ke dalam anal Apo, yang tentu saja membuat tubuh Apo tersentak kaget.
“Akhhh! Fuckhh!” Maki Apo lalu menjambak rambut Mile, sedangkan sang dominan hanya tertawa pelan.
“No mercy huh?” Tanya Mile dengan suara mengejek.
“Pleaseeh... Pleaseeh... Do it again.” Yang tentu saja langsung dikabulkan Mile, kali ini diikuti pijatan di penisnya.
Aksi dari kedua tangan Mile terus memancing desah Apo, ia hampir sampai.
“Mileeeh... Fuckk... Sedikit lagiiiih.” Namun pria yang lebih tua memilih untuk mencabut butt plug merah muda itu dari anal Apo.
Apo tentu merengek, pelepasannya sudah di depan mata, ia frustasi.
“Behave, cantik,” Mile bangkit dari posisinya, dan berlutut di antara paha Apo. Kedua tangannya bergerak ke arah pita yang masih tersimpul rapi di batang kejantanan Apo yang sudah sangat menegang.
Dan dengan satu tarikan, simpul itu terlepas. Belum sempat Apo membuka suara, ia bisa merasakan ngilu di ujung batang kejantanannya.
“AKH! FUCKKHH MILE.” Mile kembali mengikat pita merah muda itu, kali ini sedikit lebih kencang dan posisinya tepat si ujung penisnya. Tentu saja itu membuat dirinya susah melakukan pelepasan.
“Yes, I’ll fuck you, babe.” Balas si dominan lalu mengulum pentil kiri Apo diikuti gerak tangannya yang melepas seluruh kain yang tersisa di tubuhnya, keduanya total telanjang.
Manik Apo tidak bisa melepas pandangan dari batang kejantanan Mile yang berukuran diatas rata-rata, ia selalu takjub.
“Tahan ilernya sayang, you’ll get this dick in your hole now.” Ucap Mile lalu melebarkan kedua kaki Apo, dan meletakkan kaki kanan si submisif di pundaknya.
Reflek apo meremas kuat sprei dibawahnya, ia tau apa yang ia hadapi. Mile mengurut pelan penisnya sebelum ia tempelkan ujung kejantanannya di bukaan anal Apo.
“I love you baby,” ucapnya lalu mendorong masuk penisnya ke dalam lubang ketat Apo dengan sekali hentak.
“AKHHHH—!” Tubuh Apo terlonjak, dengan mata memutih sempurna.
Ia mencapai pelepasan, dry orgasm.
Dirinya bisa merasakan phallus Mile menerobos masuk sampai ke ujung, menghantam lubangnya telak.
Mile tidak main-main dengan kalimat no mercy nya.
“Shittt—.” Mile ikut mengumpat setelah merasakan pijatan di seluruh batang kejantanannya.
“Let’s having fun, sayang.” Ucapnya sebelum kembali menggerakan kejantanannya di dalam tubuh Apo.
Dan Apo hanya bisa terus mendesah.
Entah sudah berapa lama Mile menghentak tubuhnya, yang jelas dirinya sudah mendapatkan tiga kali pelepasan kering yang membuat kejantannya ngilu luar biasa, sedangkan Mile belum terlihat tanda-tanda akan mendapatkan pelepasan.
“Mileeeh... Sshh... Pleaseee... Pleaseee... I wanna cummngh.” Pria itu bisa merasakan gelombang pelepasannya lagi, kali ini lebih kuat.
“Akh... Akh... Let mee—.” Ucapannya tercekat air liurnya sendiri.
Dirinya bahkan bisa melihat batang kejantanannya yang sudah berubah warna.
“Let’s cum togetherhh.” Mile semakin kuat menghentak tubuh Apo, deru nafasnya semakin memberat, ia hampir mencapai pelepasan pertamanya juga.
“Nghhh... Ughhh...” Apo menjambak rambut Mile semakin kuat, ia sudah tidak tahan lagi.
“FUCKH APO, I’LL FUCK YOU EVERYDAY!” Satu umpatan keluar, pertanda Mile sudah hampir sampai.
“Akhhh... Mileee... Mileee” Apo pening, ia bahkan hampir menangis, tangannya hanya bisa terus menjambak rambut Mile.
“FUCKHHHH!! AKHHHH!!” Dengan cepat Mile menarik lepas simpul pita yang mengikat penis Apo diikuti dengan letupan liquid yang sudah terkumpul sejak pelepasan pertama, sebelum ia menumpahkan cairan cintanya di dalam lubang Apo.
“AKHHHHHH!! AKHHHHH!! MILEEEEE!” Tubuhnya bergetar hebat setelah ia akhirnya mendapatkan pelepasannya, dirinya bisa merasakan getaran dari batang kejantanannya yang terus menumpahkan cairan cintanya.
Namun setelahnya ia menjadi panik, perasaan aneh itu muncul kembali di batang kejantannya.
“AKHHH— SHITTTT! MILEEEEEEEE!” Tubuh Apo kembali bergetar diikuti cairan bening yang meluncur bebas dari ujung penisnya dan sukses membasahi tubuh mereka.
“Damn, too sexy to handle.” Ucap Mile setelah melihat reaksi tubuh Apo yang masih bergetar setelah semua pelepasannya berakhir.
Pria itu mengais oksigen sebisanya.
“Aku gak tau kalau bakal pipishh.” Ucapnya lalu menangis, sudah seperti respon alami tubuhnya.
“Hei, kenapa nangis? Hm? Should we stop now?” Apo menggeleng cepat, ia belum ingin berhenti.
“It just too good, tubuh aku reflek kayak gitu.” Mile terbahak, Apo terlihat sangat manis di matanya.
Apo masih terisak pelan,
“That’s okay babe, kamu boleh pee sebanyak yang kamu mau, nanti saya yang bersihin, okay? No need to hold that, I love to see your honest body reaction.” Ucap Mile lalu mengecup kedua mata Apo.
“I am sorry kalau saya kasar sama kamu, it just too good for me too.” Apo mengusap air matanya.
Ia senang Mile sangat mengerti posisinya.
“Nggak kasar, I love it, kita sepakat untuk melakukan with no mercy. So, just do like that.”
Mile mengangguk, mereka berada di halaman yang sama untuk mengerti satu sama lain.
“Boleh dilanjut? Or do you want to switch to vanilla?” Apo mengecup bibir Mile.
“Kamu sendiri yang pernah bilang untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai, right? So, with no mercy till the end.” Mile tersenyum, lalu mengecup bibir Apo.
“I’ll do it with no mercy, so please bear with me, sayang.” Ucapnya sebelum kembali melanjutkan kegiatan panas mereka sampai pagi menjelang.