Dinner

“Kak?” Bright mengalihkan atensinya ke arah pria yang duduk di depannya.

“Ya?”

“Gue boleh sambil nugas kan?”

“Boleh kok, santai aja Win.” Win ngangguk, sejujurnya dia merasa tidak enak tapi deadline tugasnya besok.

Salahkan dirinya yang selalu menunda-nunda untuk mengerjakan tugas kuliah.

Win mengeluarkan setumpuk kertas dari tas punggungnya.

“Tugasnya sebanyak itu Win?”

“Hah?”

“Itu,” Bright menunjuk tumpukan kertas milik Win.

“Oh iya, eh maksudnya nggak.” Win jadi bingung sendiri.

“Tugas dari sini tapi gak sebanyak ini,” jelasnya yang dibalas anggukan Bright.

“Kerjain aja.”

“Serius gak papa gue tinggal nugas?”

“Emang kalo gue larang lu mau dengerin?” Tanya Bright balik.

Eh?

“Ee mungkin?” Jawab Win ragu.

“Kerjain aja, tapi nanti pas pulang jangan diam aja.”

Iris mereka bertemu.

“I-iya, nanti gak diam dong deh.” Win mengalihkan pandangannya.

Dia gak sekuat itu buat natap Bright lebih dari 5 menit.

“Okay,”

Win melirik sebentar ke arah Bright yang masih menatapnya, lalu mulai memofuskan atensi ke tugasnya.

“Win,”

“Ya kak?” Win noleh.

“Jangan serius-serius.”

“Ha?” Win tidak paham.

“Lucu banget, gue gak kuat.”