HAPPY BIRTHDAY
Natta mengernyit bingung ketika tidak menemukan Bara di rumahnya, sedangkan adeknya itu tidak mengatakan akan pergi hari ini.
Ia membawa langkahnya menuju dapur untuk mengambil segelas air, dan maniknya menangkap kertas kecil yang tertempel di pintu kulkas.
Kak, Bara di rumah depan, nanti langsung kesini yah
Semakin bingung Natta karena Bara tidak mengirim pesan seperti biasa. Pria itu segera menuju kamarnya untuk berganti baju dan menyusul Bara ke rumah tetangganya.
“HAPPY BIRTHDAY KAK NATTTT!” Natta terlonjak kaget setelah membuka pintu. Bara dan kedua tetangganya berdiri di depan pintu dengan kue dan letusan confetti yang sekarang sudah memenuhi rambutnya.
“Kaliaaan.” Ketiga lelaki itu tertawa melihat Natta yang terkejut.
“Selamat ulang tahun Kak Nat, ayo tiup lilin.” Ucap Ta lalu mengarahkan kue yang ia bawa ke depan Natta.
Natta memejam sebentar untuk berdoa sebelum akhirnya membuka mata dan meniup lilin.
“Yeaaaay.” Ketiganya bersorak senang.
“Selamat ulang tahun kak.” Mose maju dan memeluk Natta lalu bergantian dengan Ta.
“Terimakasih guys, gak expect dapat kejutan disini.” Natta tersenyum.
“Waktunya makan, ayo kak sekalian potong kue.” Natta mengangguk lalu mengikuti ketiga adeknya menuju meja makan.
Natta bisa melihat beberapa jenis makanan di atas meja termasuk kue ulang tahun pemberian Bara juga ada disana.
“Ini masak sendiri loh kak.” Celetuk Ta lalu menarik kursi untuk Natta.
“Oh iya? Siapa yang masak? Mos?” Tanya Natta lalu duduk dengan nyaman.
“Iya kak, I tried my best buat ini, semoga enak ya.” Jawab Mos lalu tertawa.
“Ta juga bantu kak.”
“Bantuin apaan, bantu ngerusuh kali.” Itu Bara.
“Ye mending gue bantuin dikit-dikit daripada cuma liatin doang.” Balas Nakunta tidak mau kalah.
“Eh udah, malah ribut, kalian semua hebat, terimakasih ya.” Ucap Natta lalu mengambil pisau kue untuk memotong kue pemberian adek-adeknya.
Keempatnya hanyut dalam obrolan panjang yang menyenangkan. Natta juga terus memuji masakan Mos terutama steak yang rasanya sangat enak menurut Natta. Pria itu juga tidak menanyakan keberadaan Mile karena dirinya sudah mengetahui jika si sulung sedang berada si luar kota sejak kemarin.
Setelah menikmati makan malam, Natta dibawa ke halaman belakang dan untuk kedua kalinya ia terkejut karena halaman belakang sudah disulap menjadi lebih manis dengan lampu gantung dan beberapa hiasan lucu.
Natta duduk di kursi yang menghadap ke tiga kotak berlapis kertas kado di atas meja.
“Ini hadiah dari kita kak, ayo dibuka.” Ucap Bara yang membuat Natta terharu.
“Dari gue dulu kak.” Mos menunjuk kotak dengan kertas kado bewarna biru tua. Natta meraih kotak berukuran sedang itu lalu membukanya.
Natta menoleh ke arah Mos dengan ekspresi kaget setelah melihat isi kotak yang ia buka, sebuah digicam.
“Waktu itu lu nanya kan kak, gue pake kamera apaan karena lu suka hasilnya, jadi gue kadoin kamera yang sama.” Natta mengangkat kamera dari kotaknya, dan menemukan gantungan namanya yang tergantung manis di kamera pemberian Mos.
“Terimakasih Mos, gue terharu nih.” Mos terkekeh.
“Sama-sama kak, ditunggu hasil kameranya.” Natta mengacungkan ibu jari.
“Ayo buka kotak selanjutnya kak, dari Ta.” Nakunta mendorong kotaknya mendekat ke arah Natta.
Natt membuka kotak bewarna abu, dan lagi, ekspresi terkenjut terpancar jelas di wajahnya.
“How pretty Ta, my God.” Natta mengeluarkan isi dari kotaknya, sebuah music box bergaya vintage, sangat dirinya sekali.
Kotak musik berbentuk Merry-Go-Round dengan beberapa kuda cantik.
“Waktu Ta lihat itu, langsung keinget kak Nat, jadi Ta langsung beli.” Natta mengelus kotak musiknya.
“Thank you so much Ta.” Nakunta mengangguk sambil tersenyum senang.
“Dan kotak terakhir dari Bara.” Bara mencoba memindahkan kotak yang terlihat berat di mata Natta. Jujur saja, kotak milik Bara adalah kotak paling besar diantara ketiganya, dan ternyata menjadi kotak paling berat pula ketika Natta mencoba mengangkatnya.
“Dek kamu ngasih apaan? Kok berat?” Tanya Natta bingung.
“Buka aja kak.” Natta segera membuka kertas kado bewarna coklat yang membungkus kotak kado Bara.
Gerakan tanganny reflek terhenti setelah ia bisa melihat sedikit isi dari kotak tersebut.
“Bar?? Don’t say.” Tangannya kembali bergerak lebih cepat.
Bara antusias,
“Oh God! Bara? Adek, are you serious?” Natta menatap Bara yang tersenyum. Dan entah kenapa tiba-tiba saja Natta merasakan panas di matanya, ia terharu sampai menangis setelah melihat hadiah dari Bara.
“Eh kak, kenapa nangis?” Bara terkejut lalu memeluk kakaknya.
“Terharu.” Natta selalu terharu untuk apapun yang Bara berikan untuknya, namun kali ini ia merasa sangat terharu.
Bara memberikannya turntable vintage yang sebenarnya sudah Natta rencanakan untuk membeli turntable itu sebagai hadiah kelulusan untuknya nanti. Tapi siapa sangka Bara lah yang membelikannya sebagai hadiah ulang tahun.
Natta memang memasukkan turntable itu kedalam wishlist-nya. Sebelumnya, ia pernah memiliki turntable pemberian ayahnya, namun tiga tahun lalu turntable itu rusak dan tidak bisa diperbaiki kembali. Cukup sulit bagi Natta untuk menemukan turntable yang ia sukai sampai beberapa bulan lalu, secara tidak sengaja ia menemukannya di salah satu toko barang-barang vintage.
Saat itu hampir saja Natta langsung membeli turntable yang menarik perhatiannya namun ia urungkan, bukan karena harganya yang lumayan, hanya saja Natta merasa ia ingin membeli barang tersebut sebagai suatu perayaan dan memutuskan akan membelinya di hari kelulusan, bahkan dirinya sudah meminta pemilik toko untuk menyimpannya terlebih dulu.
Bara mengetahui rencana kakaknya setelah Natta menceritakan hal tersebut, setelahnya Bara memutuskan untuk menjadikan turntable itu sebagai hadiah ulang tahun kakaknya.
“Jadi Ta beli music box di tempat yang sama?” Tanya Natta setelah keempatnya kembali membuka obrolan.
“Iya, waktu nemenin bocil kak.”
“Bocal, bocil, bocal, bocil.” Bara melirik Ta sinis.
“Hush, berantem mulu nih dua bocil.” Celetuk Mos lalu terkekeh setelah melihat Nakunta dan Bara kesal.
“Terimakasih semuanya, bingung mau ngomong apalagi.” Ketiga orang dihadapan Natta tersenyum, senang karena kejutan mereka berhasil.
Belum selesai haru yang melanda Natta, tiba-tiba saja keempat orang disana mendengar suara mobil yang sangat familiar.
“Bang Mile pulang!” Seru Bara antusias, akhirnya mereka merayakan ulang tahun kakaknya dengan lengkap.
Mereka bisa mendengar suara pintu mobil yang ditutup dan diikuti suara langkah kaki yang menuju halaman belakang.
Posisi Natta yang membelakangi Mile tidak mengetahui jika pria itu datang dengan kejutan lainnya.
“Happy birthday tetangga,” Natta menoleh, sedetik kemudian ia tersenyum setelah melihat Mile yang datang dengan berbagai jenis kue di atas piring.
“Ayo tiup lilin lagi kak.” Ujar Ta yang diangguki lainnya. Natta mengikuti keinginan mereka, kembali berdoa lalu meniup lilin-lilin itu.
Ia tetawa setelah menyadari bentuk kue yang berbeda-beda.
“Bawa piring darimana Mile?” Tanyanya lalu tertawa.
“Dari kantor, tolong anggap ini bukan piring karena toko kue mana yang buka jam segini jadi mampir kantor dulu buat ambil ini semua.” Jawab Mile ikut tertawa disusul tawa yang lain.
“Terimakasih effortnya ya bang Mile.” Ucap Natta tulus, sorot matanya menggambarkan segalanya.
“Eh merinding banget kak Nat manggil pakai abang.” Keduanya jadi salah tingkah sendiri.
Bagi Natta, ini akan menjadi salah satu ulang tahun yang membahagiakan.