Nattawin Apollo’s

“Demi apapun kagetnya gue waktu liat muka itu orang, ngalah-ngalahin dari jumpscare film horror tau gak.” Ucap Job dari kamar kucing milik Apo.

Empat sekawan itu memutuskan men-take away kopi dan segala dessert ke kontrakan Apo yang dipilih sebagai base camp kali ini.

Didn’t he stayed in Singapore? Kok tiba-tiba nongol disini?” Tanya Job yang masih sibuk mengayunkan cat teaser di depan lima anak bulu yang menggemaskan.

He did, tapi dia balik enam bulan lalu. Bible juga baru tau tiga bulan lalu, dan itu juga karena gak sengaja ketemu di gym.” Balas Build dari ruang tengah.

“Gym? You never tell us about this Biu?” Jeff mengernyitkan alis.

“Ya karena Bib ketemunya waktu lagi dinas ke luar kota, jadi gue kira itu bukan hal yang harus diceritain gitu loh. Bible juga ngiranya dia cuma liburan doang, sampai bulan lalu dia nelfon pacar gue terus bilang kalo buka kafe disini dan gobloknya gue lupa.” Jelas Build lalu menghela nafas.

Kalau bukan karena dirinya sedang sibuk menjawab telfon dari Bible setelah turun dari mobil, mungkin ia akan sama kagetnya dengan Apo dan Job ketika melihat sosok pemilik kafe baru yang mereka datangi tadi.

“Bentar deh, jadi dia persiapan buat kafe itu cuma enam bulan doang?”

“Job lu bisa gak sih ikut duduk disini aja sama kita, gue kayak ngobrol sama tembok tau gak.”

“Gue lagi seru nih, mana ada lobster sama kucai segala disini.” Balas Job yang kali ini sibuk menggendong donat, kucing putih cantik milik Apo.

Lobster itu kucing punya Mile, sedangkan kucai kucingnya Jeff. Keduanya diambil Jeff dari apartemennya sebelum ke rumah Apo.

“Gue tiap dengar nama kucingnya Jeff sama bang Mile bawaannya laper dah.” Ucap Build lalu menyedot french vanilla-nya.

“Emang, orang kaya tapi gak kreatif.” Sambung Job lalu keluar dari kamar kucing dengan menggendong lobster.

“Bacot!” Balas Jeff santai.

“Lu ngomong apa gitu dong Po, kalo diam gini, gue jadi panik.” Build menyenggol lutut Apo.

“Lu mau gue ngomong apa? Gue juga bingung mau kasih komentar apaan, spechless-nya masih ada banget.” Jawab Apo lalu menghela nafas.

Dirinya masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat di kafe beberapa waktu yang lalu.

“Lu gak lagi mikir masa lalu kan Po?” Reflek Apo melempar bantal kecil ke arah Job.

“Jangan clbk loh,” Apo menatap Build sengit.

Clbk yang mana nih? Cinta lama bersemi kembali atau cinta lama belum kelar?” Apo sadar Jeff menggodanya.

“Anjing lah!” Apo meraih butter croissant-nya dengan kesal.

Ketiga temannya tertawa, siapa sangka setelah hampir empat tahun, dirinya bertemu lagi dengan sosok yang masuk dalam list “orang yang paling dihindari” di kehidupannya.

“Oh, ngomongin masalah persiapan kafe. Kata Bible, yang ngurus pembangunan dan lain-lain itu kakaknya Nodt. Jadi dia datang langsung masuk aja gitu.” Tiba-tiba Build ingat pertanyaan Job sebelumnya.

“Yah kesebut noh namanya.” Build reflek menutup mulutnya.

“Ups, tidak sengaja Apo.” Apo mendengus,

Lagi, setelah hampir empat tahun, nama itu terdengar kembali.

Nodt,

Nodt Mahesa lengkapnya, mantan Apo empat tahun lalu.

Salah satu alasan terbesar Apo untuk keluar dari tempat ia kerja sebelumnya dan bergabung dengan sky cafe.

Pria itu masih ingat bagaimana rasa sakitnya ketika ditinggal pergi tanpa memberikan penjelasan berarti.

Yang Apo tau saat itu, mantan pacarnya hanya mengatakan akan menetap di Singapura tanpa alasan apapun.

“Lu gak tiba-tiba gagal move on kan Po?” Pertanyaan asal Job sukses mengembalikan atensinya.

“Jobbbbbb!” Build memukul lengan pria yang duduk di sampingnya.

“Aduh, kan gue nanya anjing. Lagian seinget gue nih, Apo pernah cerita kalo sama Nodt tuh gak ada kata putus, ya kan Po?”

Maybe?” Balas Apo ragu.

“Jujur, kadang gue suka nyesel kuliah di luar tuh ya gini nih, banyak ketinggalan berita.” Celetuk Jeff sambil memotong blueberry cake milik Build.

Jeff literally said love life-nya Apo itu berita, what the fuck.” Build tidak bisa menahan tawanya.

“Brengsek.” Apo menendang sepupu kurang ajarnya itu.

“Apakah ini puncak komedi kehidupan percintaan Apo? Mari kita saksikan bersama-sama.” Ucap Job dengan nada serius sambil menjadikan sendok yang ia pegang sebagai mic.

Apo menatap ketiga temannya dengan ekspresi lelah, setidaknya kehadiran mereka bertiga sekarang sangat menghibur dirinya dan segala macam pikiran yang berputar di kepalanya saat ini.