Nodt & Nat
“Ada perlu apa?” Tanya Apo tepat setelah langkahnya berhenti tepat di depan counter table di kafe milik Nodt.
Tak perlu basa-basi, karena dirinya pun setengah hati mendatangi kafe tersebut seorang diri.
“Mau minum atau makan sesuatu?” Tawar Nodt, terlihat ingin mengulur waktu.
“Gak perlu, gue buru-buru.” Nodt menatap Apo dengan ekspresi yang susah di tebak.
“Okay, kalo gitu ayo duduk disitu.” Pria itu menunjuk salah satu meja di sudut ruangan.
“Kenapa gak ngomong disini aja?”
“Ada yang mau gue omongin secara pribadi Nat, kalo disini semua orang bisa dengar.” Balas Nodt pelan.
Apo terlihat ragu namun akhirnya mengangguk setuju. Keduanya menuju meja di sudut ruangan.
“Gue boleh jujur gak Nat?” Tanya Nodt setelah keduanya duduk berhadapan.
“Apa?”
“It's been 6 years, but the butterflies are still there whenever I see you.” Ucap pria di hadapan Apo, hampir berbisik di ujung kalimat.
Keduanya saling melempar pandang,
“I am not surprised to know that you are still a sweet talker, Nodt.” Balas Apo sinis.
“Only for you, Nat.”
“Can you stop calling me Nat or Natta? We broke up 4 years ago, no need to call me like that anymore.”
“Apo is enough.” Lanjut Apo lalu menghela nafas, ia menatap ujung sepatunya tanpa minat.
“Kata siapa kita putus 4 tahun lalu?” Apo mengangkat wajahnya, kaget dengan ucapan Nodt.
“What?”
“Faktanya salah satu dari kita tidak pernah mengucapkan kata putus Nat, and No, I won’t stop calling you Natta.”
Apo menyandarkan tubuhnya di kursi, berusaha menerima setiap perkataan Nodt.
“It’s been 4 years already, what do you expect? Gue yang nungguin lu tanpa kepastian sampai sekarang? Are you fucking serious?” Apo menekan setiap kata yang ia keluarkan.
“Gue gak bilang gitu, gue cuma bilang faktanya kita gak pernah putus.”
“You clearly said that we need to break, okay? You were the one who said that 4 years ago Nodt.”
“I said we need a break -rehat- not to break up, that means different you know.” Apo tidak bisa menyembunyikan ekspresi kaget bercampur kesalnya.
Ia bahkan hampir kehilangan kata-kata.
“I don’t have time for this bullshit, kalo lu nyuruh gue datang cuma buat ngomongin ini mending gue pergi sekarang.” Apo berniat untuk bangun dari kursinya sebelum Nodt menahannya.
“Gue belum selesai Nat.”
“Stop calling me Nat, God damn it!”
Keduanya saling menatap dengan ekspresi yang berbeda.
Nodt mengeluarkan sesuatu dari balik meja, sebuah jewel case berisi CD yang sejak awal ia pegang.
“For you.” Pria itu mendorong jewel case ke arah Apo.
Apo menatap jewel case di hadapannya dengan perasaan campur aduk.
“Gue gak yakin kalo lu masih punya CD player di rumah tapi gue lebih nyaman pakai cara lama kayak gini.” Lanjut Nodt.
“Gue gak bisa nerima ini.” Apo mendorong balik jewel case di hadapannya.
“You need to take this Nat, please? Gue buat ini 4 tahun lalu sebelum berangkat ke singapura, but I was such a coward to give you this back then.”
“What's the point of giving me this now?”
“Anggap aja pembelaan diri gue dulu, plus lu harus tau alasan gue 4 tahun lalu.” Mendadak Apo merasakan sakit kepala.
“Nodt gue udah punya pacar sekarang, there is no way buat gue dengerin pembelaan diri lu dari kejadian empat tahun yang lalu.”
“Gue tau lu udah punya pacar even tho status kita belum selesai. But still, you need to take this.” Lagi, Nodt mendorong jewel case ke arah Apo.
Apo menghela nafas, mencoba memikirkan banyak hal.
Ia menegakkan duduknya,
“Nodt, gue kesini cuma mau mempertegas dan menyelesaikan semua masalah, gue gak mau dihantui perasaan bersalah sama pacar gue sekarang.”
“I can’t take this, apapun itu alasan lu empat tahun lalu, semua selesai di tahun itu. Kepergian lu tanpa alasan udah jadi alasan yang kuat buat gue untuk mengakhiri hubungan ini dengan atau tanpa bilang ke lu, karena lu yang mulai semuanya, Nodt.”
“And I can’t say sorry either, gue tidak merasa bersalah karena gue punya pacar sekarang. I don’t care sama apapun yang lu pikirkan tentang hubungan kita sekarang, but for me, it was over since 4 years ago, the first day you left me tanpa kabar.” Apo menekan kata terakhir.
“Jadi tolong hargai kehidupan gue sekarang, karena gue sudah sangat menghargai kehidupan lu sejak awal kita pisah, gue gak pernah ganggu lu selama ini, so please, respect my choice now.”
“Lu harus terima kalau hubungan ini sudah berakhir, perasaan gue ke lu udah hilang, semuanya selesai, Nodt.”
Nodt meremas kedua tangannya, perasaannya kacau, tapi ia tidak bisa mengelak.
Apo benar.
Apapun itu, dia lah yang salah disini. Jika bukan karena ia tiba-tiba meninggalkan Apo tanpa kabar, mungkin keduanya masih saling menjalin hubungan dengan manis sampai sekarang.
Apo menghela nafas, ia tak menyangka akan menumpahkan semuanya di depan mantannya itu, tapi ia memang harus tegas. Hubungan mereka sudah berakhir, tidak ada yang bisa dipertahankan, dan dia harus menghargai Mile yang menjadi pasangannya saat ini.
“Gu— gue udah gak punya kesempatan ya Po?” Tanya Nodt pelan,
“You’ll find better person than me Nodt, kalau gue bisa, lu juga pasti bisa, it’s not too late.”
“Kalau kita berteman lagi, boleh?” Apo menatap Nodt yang tampak sedih.
“We better not, sampai perasaan lu benar-benar selesai sama gue, and I don’t think my boyfriend will like this too, dia tau hubungan kita dulu bagaimana.”
Kali ini helaan nafas terdengar dari Nodt, sepertinya pria itu harus menerima takdirnya.
Berpisah dengan sosok yang masih menjadi pemenang hatinya.
“Okay Po, I’ll accept it, emang kayaknya kita perlu jaga jarak dulu sampai perasaan gue sembuh.” Apo mengangguk setuju.
“Btw Po, can I know Donat’s update? Dia masih sama lu kan?” Apo mengangguk,
“Masih,”
Nodt mengangguk senang,
“Glad to know that, gara-gara dia, gue jadi adopsi kucing putih lagi, and I have 6 cats now,“
“Donat is really good now, punya 6 saudara juga.”
“Oh wow, lu punya 7 kucing sekarang?”
“Tiga, yang dua punya pacar gue, lainnya punya sepupu gue.”
Keduanya kembali hening,
“Kayaknya gue harus balik sekarang,” Nodt mengangguk,
“Titip salam buat Donat ya Po, gue tau hubungan kita udah selesai, tapi setidaknya masih ada Donat yang bikin gue senang.” Apo mengangguk.
Ia juga mengkui kalau kucing putihnya yang bernama Donat itu adalah kucing yang dia dan Nodt adopsi waktu menjalin hubungan dulu. Nama Donat sendiri diambil dari nama mereka berdua, Nodt dan Nat, dengan posisi nama Nodt yang dibalik.
“Don’t worry, Donat bahagia sama keluarga barunya.”
“Yeah, he should.”
“Kalau gitu gue pamit Nodt,” keduanya berdiri,
“Gue harap yang terbaik buat lu,” Apo mengulurkan tangannya,
“Thanks Po, gue juga harap lu bahagia selalu.” Balas Nodt lalu menjabat tangan Apo, keduanya bersalaman.
Entah apakah ini tanda perpisahan atau bukan, yang jelas tepat di jam ini, Nodt dan Apo resmi mengakhiri hubungan mereka, dan menerima kenyataan satu sama lain.
Apo pun segera segera keluar dan membawa motornya meninggalkan kafe milik Nodt dengan perasaan lebih tenang.
©dearyoutoday