Tetangga

Mile menghentikan langkahnya di depan pintu hitam mengkilap yang berada dekat dengan tangga.

Tangannya meraih handle pintu bertulisan “movie room” lalu mendorongnya hingga terbuka.

Niat hati ingin mengecek sebentar kegiatan menonton adek-adeknya, namun yang ia temukan adalah layar tv yang masih menyala di depan tiga orang yang sudah terbang ke alam mimpi.

Ia mengecek jam tangannya, pukul 1 pagi.

Pantas saja

Bukan kali pertama Mile melihat keadaan seperti ini, biasanya ia akan menemukan kondisi seperti ini jika mereka memilih movie night di hari kerja alias bukan akhir pekan.

Kaki jenjangnya melangkah masuk dengan perlahan, enggan membangunkan ketiga orang yang tidur bersandar satu sama lain di atas sofa besar.

Ia mengambil selimut besar dari dalam lemari, lalu menutupi tubuh Natta, Mos, dan Nakunta. Tangannya meraih remote ac dan tv, mengatur suhu ruangan dan segera mematikan layar tv.

Ia juga merapikan kotak-kotak pizza dan mengambil gelas-gelas yang berisi cola untuk dibawa ke dapur.

Maniknya memperhatikan kondisi ruangan itu sekali lagi sebelum akhirnya keluar dari sana dan menutup pintu dengan perlahan.


Natta terbangun dengan posisi yang cukup membuat bahunya pegal karena dua kepala yang bersandar disana. Dengan perlahan ia menggeser posisi kepala Mos dan Nakunta agar bersandar ke sofa dan keluar dari selimut yang entah sejak kapan sudah menutupi tubuhnya.

Dirinya hanya mengingat jika sepertinya ia tertidur lebih awal meninggalkan Mos dan Nakunta di pertengahan film.

Tangannya merapikan posisi selimut, menutupi kedua tubuh kakak adek itu lalu meregangkan tubuhnya sendiri sebelum keluar dari ruangan.

Ia melangkah dengan tenang ke arah dapur untuk mengambil segelas air sebelum atensinya teralih ke arah tumpukan kotak pizza dan gelas berisi cola di atas meja makan.

“Siapa yang bawa kesini?” Gumamnya lalu membawa tiga gelas kotor ke kitchen sink.

“Loh Nat?” Natta terkesiap, gelas di tangannya nyaris jatuh.

Pria itu menoleh dengan kesal,

“Mile! Gue kaget!” Mile terkekeh

Sorry sorry,gue juga kaget liat lu berdiri disini.”

“Ini jam berapa deh?” Tanya Natta sambil mengambil cangkir kopi dari tangan Mile, membawanya ke kitchen sink.

“Tadi sebelum turun gue liat sih jam 2.” Natta mengangguk,

“Terus ini lu mau buat kopi lagi?”

“Rencananya gitu, gue masih harus ngecek kerjaan.” Balas Mile lalu bersandar di island dapur.

“Gue buatin tapi nanti lu antar gue ke depan sekalian.”

“Ngapain?”

“Lu kunci gerbang lah, gue mau balik rumah.”

“Gak tidur sini aja Nat? Udah jam segini.”

“Revisian gue belum beres, kurang dikit sih jadi mau gue kerjain sekarang aja mumpung bangun.” Pria itu bergerak ke arah mesin kopi.

“Lu bisa pake laptop gue.”

“Tapi file-nya kan di laptop gue Mile.”

“Gue antar lu ambil laptop, kerjain disini aja.”

Natta membalik tubuhnya, ikut bersandar di island dapur.

“Bolak balik deh Mile, gue kerjain di rumah aja. Si Bara gak usah di bangunin.”

Keduanya terdiam, menunggu tetesan kopi mengisi cangkir dengan pikiran masing-masing.