Dearyou_today

Angin di bukit bertiup itu pelan, menggoyangkan helai rambut kedua insan yang duduk bersebelaham. Tak seperti biasanya, sore kali ini terasa turun perlahan, membawa gelap langit.

Jason dan Gema duduk bersebelahan di bangku kayu yang mulai lembab karena embun. Tempat itu biasanya penuh tawa dan canda kali ini hanya hembusan nafas, dan detak jantung satu sama lain yang terdengar.

Gema menghela nafas, menatap kosong pemandangan sore hari di depannya sebelum akhirnya menoleh ke arah Jason dengan mata merah.

“Jadi… kamu maunya gimana?” suara Gema nyaris berbisik, gemetar tapi jelas.

“P-putus?”

Jason menatap langit yang mulai menggelap. Seperti semesta pun tahu, malam ini tak memberi harapan.

Pria itu ikut menghembuskan nafas,

“Kalau kamu nanya aku dan aku boleh milih...” Nafas Jason memberat.

“Aku maunya kita tetap bersama, tapi... apa bisa?” Lanjutnya pelan, mengawang.

Jason menoleh perlahan, menatap wajah yang ia hafal bentuknya bahkan dalam gelap. Wajah yang sekarang dipenuhi pertanyaan yang sulit dijawab.

Ia menarik napas, Jason bisa mendengar isak Gema,

“Aku gak marah sama kamu, sayang. Kamu tahu aku gak akan pernah bisa.”

“Kita ini… ketemunya terlalu manis, tapi mungkin memang ditakdirkan nggak sampai akhir.”

Gema langsung menggeleng, buru-buru menghapus air matanya. Tangannya meraih lengan kokoh Jason, lengan yang selalu bisa menopangnya di segala situasi.

“Tapi aku bisa ngomong ke oma... Kasih aku waktu sebentar ya? Aku bisa coba, sayang.”

“Tolong sayang. Aku mohon...” Isak Gema kembali,

Jason menatapnya dalam, penuh kasih, tapi juga luka.

“Aku tahu kamu akan coba. Tapi aku juga tahu hasilnya nggak akan berubah.”

“Dan kamu tahu itu, sayang.”

Mata Gema basah, kedua tangannya masih bertahan di lengan Jason.

“Sayang, my forever lil G.” Jason meraih wajah basah Gema, lalu mengusapnya perlahan.

“Kamu tahu aku selalu bisa mengusahakan semuanya untuk kamu, apapun itu, akan aku usahakan, sesusah apapun itu kalau untuk kamu, aku selalu bisa.”

“Aku bisa aja bawa kamu sekarang juga balik ke Thailand, kita tinggal disana, menikah disana, hidup bahagia disana, jauh dari semua masalah ini.” Lanjutnya dengan suara bergetar.

Ia tersenyum kecil, getir.

“Tapi aku tahu kamu gak bisa.” Suaranya nyaris putus.

“Dari awal kamu kembali ke Indonesia karena oma kamu. Karena beliau sakit-sakitan. Dan kamu bukan orang yang bisa ninggalin keluarga, apalagi di akhir waktunya.”

“Kamu gak salah, sayang. Gak ada yang salah dengan itu. Dan aku bangga, selalu bangga dengan kamu.”

Gema terisak, menutupi wajahnya. Tubuhnya gemetar.

Jason menyentuh pundaknya lembut, menenangkan.

Walau hatinya pun perlu ditenangkan,

“Kalau boleh egois, aku maunya kamu sayang, cuma kamu.”

“Tapi mungkin, cinta kita cuma dimaksudkan buat singgah, bukan tinggal.”

“Dan itu bukan sesuatu yang bisa aku lawan, kan?”

Mereka saling menatap. Mata Gema berkaca-kaca.

Ia meraih tangan Jason dan menggenggamnya erat, seolah belum siap melepas, tapi dirinya tahu tak bisa memaksa.

Jason benar, walau hatinya menolak keras.

“Aku takut.” suara Gema nyaris berbisik.

Jemari Jason bergerak merapikan helai rambut Gema yang sedikit berantakan tertiup angin.

“Aku juga, tapi aku tahu kamu bisa, sayang.”

Ahh, Gema akan sangat merindukan panggilan sayang itu.

“Aku—” Suara Gema menggantung, tapi Jason tahu pria itu menyimpan banyak hal yang ingin dikatakan tapi tertahan.

“K-kamu bakal lupain aku?” Jason menatap mata Gema yang sekarang terlihat bengkak,

Bagaimana mungkin ia bisa melupakan sosok yang sudah menghiasi hari-harinya selama ini? Membayangkannya saja Jason tidak bisa.

Jason menggeleng, pelan. “Enggak. Tapi aku akan belajar hidup tanpa kamu.”

“Aku akan belajar melepas kamu, mungkin akan memakan waktu, tapi aku akan usahakan itu. Jadi sayang, jangan khawatir tentang aku, aku akan baik-baik aja.” Balas Jason pelan,

“Kamu bahagiain oma ya... dan juga diri kamu sendiri.”

“Nikah dengan damai, yang sakral.”

Jason menunduk, mencium punggung tangan Gema perlahan.

“Aku akan sangat sedih dan marah dengan diriku sendiri kalau kamu gak bahagia, jadi tolong bahagia ya, Gema.”

Jason akhirnya melepas kata sayang,

“Dan aku bakal doain kamu, setiap malam, meski bukan lagi sebagai pacar kamu.”

“Aku gak kemana-kemana, aku akan tetap ada untuk Gema, karena aku akan selalu menjadi your big J, dan kamu akan selalu menjadi my forever lil G.”

Gema menangis, hatinya sakit luar biasa, rasanya seperti tercabik.

Ia harus melepas sosok yang sudah menjadi pondasi kehidupannya beberapa tahun belakangan ini.

Jason tidak pernah menuntutnya, selalu menerima dirinya, tidak pernah melarang apapun, dan selalu mendukungnya.

Pria yang selalu ada untuk Gema, kapanpun Gema butuh.

Jason, pria yang selalu membanggakan Gema di depan semua orang, pria yang selalu bisa membuat Gema tersenyum.

Jason, pria yang tak hanya besar fisiknya tapi besar pula hatinya, pria penyayang keluarga, dan Gema, tentunya.

Jason, satu-satunya sosok yang bisa menyembuhkan luka batin Gema, sosok yang punya kesabaran setinggi langit untuk Gema.

Dan Jason, sosok yang selalu mengusahakan apapun, bahkan jika ia perlu membeli seisi dunia ini untuk Gema.

Dan Gema harus melepaskan sosok itu sekarang.

Gema harus merelakannya, entah untuk siapa.

Sunyi kembali memeluk mereka. Bukit itu, saksi pertama ciuman mereka, kini jadi tempat melepas semua.

Dan malam itu, cinta tidak kalah karena kurang rasa.

Tapi karena semesta tak memberi cukup ruang untuk mereka bertumbuh bersama.

@dearyoutoday

Suasana di dalam mobil Gio terasa canggung, sampai akhirnya Kale membuka suara.

“Iyo, congrats for today. I heard your thesis defense went really well.” Ucap Kale pelan, lalu menoleh ke arah Gio yang ikut menoleh ke arahnya,

Thank you Ale, but sejujurnya aku berharap bisa ketemu kamu sebelum mulai sidang tadi.” Jawab Gio jujur, ada sedikit rasa kecewa di hatinya ketika tidak melihat Kale disana.

“Maaf Gio, aku pikir lebih baik ketemu kamu langsung, berdua aja.” Gio menghela nafas,

Ia tau ada yang Kale sembunyikan,

Are you okay, Ale?” Kale menatap Gio sendu,

No, I am not.” Balasnya lalu mengalihkan pandang ke arah bouquet bunga yang sejak awal ia pangku.

“Apalagi setelah aku tau kamu bakal ke UK minggu depan.” Ekspresi Gio berubah cepat, detak jantungnya tiba-tiba berpacu lebih kencang.

W-wait, how did you know?”

Kale bisa menangkap nada terkejut dari Gio.

From someone else,” Kale menghela nafas,

I’m not gonna lie, Iyo. I’m a little hurt, I thought, we were close enough that I’d hear it from you. But instead, I find out about your move and the arranged marriage from someone else.” Lanjut Kale dengan nada getir.

Gio terdiam, mencoba mencerna perkataan Kale.

It was just supposed to be a small congratulations for you. But now, I guess it means more than that. Even if I'm hurt, I still wanted to be here for you, Iyo.” Kale menyodorkan bouquet bunga yang sudah ia pilih dengan hati-hati dan penuh perasaan.

Gio menerima dengan ekspresi tidak terbaca,

And maybe, I should stop holding this in.”

Kale menarik nafas, lalu menghembuskannya pelan.

I’ve liked you for a long time, Aku suka sama kamu, Iyo. I kept it to myself because I was scared—scared that if I told you, you’d pull away, and I’d lose you completely.”

Pecah sudah rahasia yang ia coba jaga sejauh ini, Kale tidak bisa menahannya lebih lama.

Kale mencoba mengatur suaranya agak tidak bergetar, mencoba menahan air mata yang nyaris keluar lagi.

But now, knowing you’re leaving, knowing someone else might stand beside you, I couldn’t keep it inside anymore.” Kale memberanikan dirinya untuk menoleh ke arah Gio,

I know this probably won’t change anything. I know I might be too late. But, I just needed you to know, at least before you go.”

Gio bersumpah, ia bisa melihat kedua manik Kale yang berkaca-kaca menatap ke arahnya. Tapi entah mengapa ia tidak mengucapkan apapun, seolah lidahnya kelu, tercekat.

“Al—” Hampir saja ia membuka mulut, keduanya dikagetkan dengan suara dering dari handphone Gio yang tersambung langsung ke head unit di mobil Gio.

Dan nama itu disana, nama yang membuat hati Kale semakin sakit.

Clara menghubungi Gio, mungkin karena Gio terlalu lama meninggalkan teman-temannya.

Anyway, I’m done talking. You can get back to your friends, I think Clara’s been looking for you.” Kale tersenyum kecil,

Once again, congrats on your defense, on the engagement, and good luck with your studies in the UK, Gio.”

It's Gio and not Iyo anymore,

Kale memutuskan untuk melepas Iyo-nya untuk orang lain.

Pria itu tersenyum sekali lagi sebelum keluar dari Mobil Gio dan meninggalkan pria itu disana tanpa berniat menoleh kembali.

@dearyoutoday

Acara amal berjalan lancar sejak awal. Apo akhirnya bisa melihat bagaimana orang-orang kalangan atas mengeluarkan duit mereka dengan mudah, dimulai dari donasi hingga ikut lelang barang-barang mewah yang hasilnya akan disumbangkan.

Pria itu duduk dengan nyaman di samping Jeff, berbeda meja dengan Mile. Untungnya Jeff memanggil dirinya ketika Apo bingung perihal kursinya yang sudah ditempati sosok perempuan, tepat di samping Mile.

“Setelah ini, acara inti dan yang paling seru dimulai.” Bisik Jeff lalu tersenyum.

Apo mengernyit,

acara inti? Jadi seluruh kegiatan yang mereka lakukan tadi belum masuk ke acara inti?

“Oh, gue hampir lupa. Katanya lo setuju buat bantu acara amal ini kan?” Apo mengangguk, ia masih belum paham harus membantu seperti apa.

Okay, prepare yourself.” Ucap Jeff lalu mengedipkan mata kirinya sebelum dipanggil maju oleh pembawa acara.


Good evening, ladies and gentlemen.” Sapa Jeff setelah dirinya berdiri di atas panggung.

I am Jeff Satur, yang akan memimpin acara inti dan tentunya, menjadi sesi yang paling ditunggu-tunggu malam ini.”

Jeff berdeham,

So, welcome to our charity dating.” Para tamu bertepuk tangan, sedangkan Apo masih bingung di kursinya.

“Kita punya beberapa kandidat yang tentunya siap membuat para tamu terkesan malam ini.”

Jeff tersenyum,

Rules-nya tetap sama, whoever wins the auction, can date for a whole week.” Seluruh tamu mulai antusias dan penasaran.

Okay, tanpa berlama-lama, let's start from our first candidate.”

Jeff menatap ke arah Apo yang masih terdiam di kursinya,

Please welcome, our special guest tonight, Apo Nattawin.”

Seluruh tamu reflek menoleh ke arah meja Apo, begitupun dengan Mile yang terkejut luar biasa dengan ucapan Jeff.

Apo yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian menjadi gugup bukan main.

Don't be shy and come here, Apo.” Dengan perasaan campur aduk, Apo berdiri dari duduknya.

Ia tidak tau harus bereaksi seperti apa, pria itu hanya mengangguk dengan sopan ke arah tamu yang memperhatikannya lalu melangkah ragu-ragu ke arah panggung.

Before we start the bidding, we need to check something here.

Apo menoleh bingung,

So, Apo Nattawin, are you single or not?

“Oh? Si-single?” Jeff terkekeh,

“Kenapa ragu-ragu? Atau aslinya gak single?” Apo menggeleng,

“Saya single.” Ucap Apo lagi, mempertegas statusnya saat ini.

Jeff bisa melihat para tamu yang semakin antusias setelah menerima fakta menarik dari pria tampan di atas panggung.

Great, do you have any special type?” Apo menggeleng sopan.

Wow, so anyone can do bid for this handsome man here. Plus kalian punya kesempatan untuk lebih dari sekedar nge-date seminggu karena Apo sekarang single.” Apo hanya bisa berdiri dengan gugup.

Ia bahkan tidak berani melihat ke arah tamu saat ini.

Let's start the bidding for Apo Nattawin at 50 mio.” Apo menoleh kaget,

Bukankah itu angka awal yang besar?

“65.” Seorang perempuan mengangkat papan namanya.

65 mio from Miss Cassandra.” Ucap Jeff sambil menunjuk ke arah perempuan cantik yang sejak awal memperhatikan sosok Apo.

“80.” Sosok pria ikut mengangkat papan namanya.

“100.” Lagi, kali ini sosok pria berbeda.

Apo mengernyit, sepertinya ia bertemu pria itu sebelumnya di dekat toilet.

Wow, 100 mio from Mr. Fort.”

“105.”

“108.”

Apo bisa melihat para tamu silih berganti mengangkat papan nama mereka untuk memenangkan lelang atas dirinya.

Walau hatinya sedikit tercubit melihat sosok Mile yang bergeming di kursinya, tidak mengangkat papan namanya satu kalipun.

Okay, 425 mio is our last bid from Mr. Fort.”

Tunggu, dirinya terlalu lama melamun hingga tidak sadar angka lelang sudah mencapai 400 juta, sungguh gila.

I'll count till three, and will close the bidding.”

One.” Jeff memperhatikan seluruh tamu.

Two.” Apo bisa melihat sosok Fort yang tersenyum ke arahnya.

Mungkin ia akan berakhir mengencani Fort selama satu minggu kedepan.

Bukan hal yang buruk kan?

Thr-

“800.” Seluruh tamu menoleh ke arah sumber suara,

itu Mile, sosok yang melempar harga di detik-detik terakhir.

800 mio from Mr. Mile! First candidate win by Mr. Mile Phakphum.” Ucap Jeff yang diikuti tepuk tangan dari seluruh tamu.

Congrats Apo, and thank you so much karena sudah mau berpartisipasi disini, you can meet your date partner after this.” Apo mengangguk tidak yakin lalu melangkah gugup, kembali ke kursinya.

Mile bisa melihat Apo yang tidak nyaman dengan situasi saat ini lantas berdiri, pria itu segera meraih tangan sekretarisnya dan membawa Apo keluar dari sana, tanpa memperdulikan acara amal yang belum selesai.

©dearyoutoday

Ketukan di pintu mengalihkan atensi Ian dari layar komputernya,

“Permisi dok,” Ian mengangguk ke arah perempuan berseragam biru yang muncul dari balik pintu.

“Yang tadi pasien terakhir ya, dok,” Ucap perempuan itu lalu tersenyum.

“Oh? Udah sampai pasien terakhir?” Ian mengecek jam tangannya.

Ternyata sudah hampir jam pulang untuknya.

Okay terima kasih mbak Maya.”

“Sampai bertemu besok dok,” Ian tersenyum,

“Hati-hati pulangnya ya, mbak.” Perempuan itu tersenyum lalu mengangguk sebelum menutup pintu kembali.

Ian menghela nafas lalu melepas kacamata yang sejak siang bertengger manis di hidung mancungnya.

Tangannya meraih ponsel lalu menekan angka 1 dengan cepat.

“Kayaknya Mike udah di jalan deh.” Gumamnya setelah dering sambungannya terputus.

Iris cokelatnya menatap jendela yang sejak sore memperlihatkan hujan yang semakin deras.

Ian bawa tubuhnya untuk berdiri setelah memastikan seluruh pekerjaannya selesai,

I think, I'll get ice coffee sebelum Mike sampai.” Gumamnya lagi sebelum meninggalkan ruangnnya.


“Ian!” Yang dipanggil reflek menoleh,

“Belum pulang lo?” Tanya sosok dengan seragam yang sama dengan dirinya.

“Gue nunggu Michael, lo kenapa belum pulang Jor?”

“Lebih tepatnya, gue balik lagi. Nyaris ketinggalan nih.” Ucap sosok bernama Jordi sambil mengayunkan ponsel di tangannya.

“Michael balik hari ini ya?” Ian mengangguk sambil menyedot es kopinya.

“Bilang Michael pelan-pelan aja, jalan licin, tadi dekat sini ada yang hampir nabrak tro-” ucapan Jordi terputus setelah maniknya menangkap berita terkini yang sedang ditayangkan di lobi rumah sakit.

“Nabrak apaan Jor?” Ian menoleh bingung karena temannya itu tiba-tiba diam.

“Ian,”

“Ya?”

“Michael gak lewat tol kan?”

“Lewat harusnya, kenapa?” Dengan bergetar, tangan Jordi mengarahkan tubuh Ian menghadap televisi yang masih menyiarkan berita kecelakaan beruntun di salah satu jalan tol.

Dan detik selanjutnya, gelas kopi Ian meluncur bebas, menghantam lantai rumah sakit.


flashback

Ian tersenyum hangat, menghabiskan waktu dengan Michael di tengah sibuknya pekerjaan mereka adalah hal yang menyenangkan.

Dengan perlahan tangannya menggerakkan pisau dan garpu, memotong steak yang ia pesan.

Sedangkan Michael cukup gugup saat ini.

“Ian,” Panggil Michael, mengalihkan atensi Ian dari makan malamnya.

“Hm?”

Michael menghela nafas, mencoba menenangkan degup jantungnya.

Ian Manuel, the day we started talking, I had no idea this would be how it turned out. Falling in love with you was not planned at all, but it turned out to be the most perfect thing in my life. A love like ours happens once in lifetime. You're a godsend to me, Ian. You're just everything I have ever hoped for, the one that I thought never be real.

Ian menatap Michael yang mencoba merangkai kata dengan perasaan campur aduk,

Thank you for always be my side, being my biggest supporter all the time, my home, my forever favorite. When you came into my life, I realised that what I had always thought was happiness couldn't compare to the joy loving you brought me. You were an unexpected surprise to me and I will always choose you, Ian

Michael mengatur nafasnya lagi, lalu dengan perlahan meletakkan kotak beludru kecil yang sejak awal ia bawa di atas meja, tepat di hadapan Ian.

And I want to create all my remaining memories with you, so, will you marry me Ian Manuel?

Ian menutup mulutnya tidak percaya, ia sama sekali tidak menduga Michael akan melamarnya saat ini.

Iris keduanya bertemu, Ian bisa merasakan matanya memanas.

Pria itu mengangguk yakin, sebelum akhirnya buliran air mata turun membasahi wajahnya,

Yes, I will.” Michael tersenyum bahagia, diikuti tepuk tangan dan ucapan selamat dari seluruh tamu disana.

Michael memeluk tubuh Ian, menenangkan pria yang sedang terisak bahagia, lalu memasangkan cincin perak di jari manis kekasihnya.

I love you, Ian.” Bisik Michael.

I love you too, Mike.” Balas Ian lalu melepas satu kecupan hangat di bibir Michael.


“MIKE! MIKE! MIKE!” Tubuh basah Ian menghambur ke arah ruang operasi.

“Ian, sayang, tenang sayang.” Dengan sigap tubuh Ian ditahan perempuan paruh baya yang sedang berdiri di depan ruang operasi.

“MIKE! MIKE!”

“Sayang, tenang ya, sayang.” Perempuan paruh baya itu semakin memeluk tubuh basah Ian, mencoba menenangkan sosok yang sudah ia anggap anak sendiri.

“Bun, Mike bun, Mike bun, Ian mau ketemu Mike bun, tolong bun.”

“Iya sayang, nanti ketemu ya, sabar ya sayang.”

Tubuh Ian melemas, kakinya seolah tak bisa bertumpu dengan kuat.

Seluruh orang yang berada disana semakin merasa sedih setelah melihat Ian dan bunda Michael saling berpelukan.

Isak Ian terdengar jelas di depan ruang operasi.

Jerian yang sejak awal memperhatikan Ian pun berdiri lalu melepas jaketnya,

“Jangan sampai masuk angin, nanti kakak marah sama lo,” ucap pria itu lalu menyampirkan jaket di bahu Ian.

Ian menoleh, dan dengan cepat memeluk tubuh Jerian.

“Salah gue, semua salah gue Jer.”

Jerian menepuk punggung Ian.

“Harusnya gue gak minta Mike buat jemput gue Jerrr, semua salah guee!”

Tangis Jerian pun pecah bersamaan dengan Ian. Ia gagal menahan tangisnya.

Keduanya saling berpelukan, mencoba menguatkan satu sama lain.

“Bukan salah lo Ian, jangan ngomong kayak gitu.”

Ian hanya bisa terisak.

Pria itu nekat menerobos hujan karena mobil Jordi terjebak macet. Membiarkan tubuhnya basah kuyup, dan kali ini wajahnya pun kembali basah.

Thay's okay, kakak orang yang kuat.” Ucap Jerian mencoba menghibur Ian, dan menguatkan dirinya sendiri.


flashback

“Menurut kamu, ini cocok buat aku?” Tanya Ian sambil mematut dirinya di depan cermin.

“Cocok semua sayang, kamu pakai apa aja cocok.” Ian berdecak,

“Serius ih, aku bingung mau ambil yang ini atau yang itu.”

For me, aku lebih suka yang kamu pakai sekarang.” Ian menoleh,

“Kenapa?”

“Karena di mataku, warna putih sangat cocok buat kamu sayang.” Yang lebih muda kembali menatap pantulan dirinya di cermin, bibirnya tertekuk lucu ketika sedang serius.

“Kalau kamu galau, mau ambil semuanya aja? Kan bisa dipakai waktu acara malamnya?” Tawar Michael yang sejak awal memperhatikan Ian yang tengah bimbang dalam pilihannya.

Ian menggeleng,

“Jangan, kan malamnya mau santai aja.” Balasnya lalu mengangguk yakin.

“Aku ambil ini aja sayang, kayaknya emang bagusnya aku putih kamu hitam.” Michael terkekeh gemas,

Okay, berarti 3 minggu lagi final fitting ya?” Ian mengangguk mantap.


Ian mengatur nafasnya sebelum mendekatkan microphone ke arah bibirnya.

To my forever love,” Irisnya menatap ke arah Michael yang terlihat tampan dengan wedding tuxedo yang ia kenakan, dan cincin yang melingkar di jari manisnya.

Keduanya adalah pilihan Ian.

“Michael Reagan.” Ian tersenyum.

“Sayang, thank you for all the days that you made me feel loved and appreciated. You make me feel the way I've always wanted feel, and give me the kind of love I once only ever dreamed having. You said that I was an unexpected surprise for you, and for me, you were an unexpected precious gift that God sent to me and I'm always grateful for that.”

Ian kembali menghela nafas,

“Sayang, I may not tell you everyday that you mean the world to me but you do. The day you stepped into my life you changed it into something so beautiful and meaningful. I'm really happy for that.

Ian mendongak sebentar, mencoba menahan air matanya.

Michael Reagan, this is not goodbye, it's a thank you. Thank you for coming into my life and loving me everyday. Thank you for all memories I will never forget, but instead cherish forever.”

Ian tidak bisa menahan isaknya,

I love you with all of my heart Michael Reagan, but heaven love you more. I never regret it to chose you in this life and I'll choose you in the next. So, go in peace, sayang, you've earned your sleep.

Tangisnya pecah, tangan dengan cincin perak melingkar di jari manis itu mengusap pinggiran peti Michael dengan hati-hati.

Iris basahnya menatap sendu wajah Michael yang terpejam tenang dan tampan, sebelum akhirnya tersenyum dan berbisik,

I love you sayang, let's meet again in another life, Mike.”

©dearyoutoday

Mile melirik Apo yang berdiri di sampingnya, pria itu seakan memberi jarak diantara keduanya.

Atensinya teralihkan setelah pintu lift terbuka,

Mile menekan B sedangkan Apo menekan GF setelah pintu lift tertutup.

“Kamu tidak pulang dengan saya?” Tanya Mile setelah melihat tujuan mereka berbeda,

“Saya tidak pernah bilang akan pulang dengan bapak.”

“Saya perlu bicara sama kamu, Natta.”

“Saya juga pak, tapi saya akan bicara disini.” Mile mengernyit bingung,

“Saya mau minta maaf atas kelancangan saya beberapa waktu yang lalu di mobil bapak, saya terbawa suasana dan melakukan hal diluar kendali saya. Saya juga akan tarik semua persetujuan saya untuk hal yang sebelumnya kita bahas, pak.” Apo hanya bisa menatap ujung sepatunya,

dirinya sangat takut menatap obsidian Mile.

“Setelah ini saya akan lebih hati-hati dan akan bertindak sebegai sekretaris yang lebih profesional.” Tepat setelahnya pintu lift terbuka di lantai 10.

Mile mengangkat tangannya,

“Tolong gunakan lift yang lain.” Ucapnya ke arah tiga orang yang hampir melangkah masuk dan terkejut dengan eksistensi bos mereka.

Dengan cepat pria itu kembali menutup pintu lift.

What are you talking about, Natta?” Mile memijat pangkal hidungnya, tidak menyangka dengan kalimat yang keluar dari belah bibir sekretarisnya itu.

“Natta, perasaan saya ke kamu itu benar adanya, saya suka sama kamu.”

“Perasaan bapak ke saya itu salah pak, bapak tidak boleh suka sama saya.”

“Kenapa? Kamu merasa terbebani dengan perasaan saya?”

“Bukan cuma terbebani pak, saya merasa bersalah dengan semua orang, terutama dengan Kai, anak bapak.”

“Natta, Kai-”

ting!

Pintu lift kembali terbuka, kali ini di lantai tujuan Apo, namun Mile menahan lengan pria itu, tidak mengizinkannya keluar dari lift dan melarang yang lain masuk agar memberikan banyak waktu untuk berdua dengan Apo.

Mile menghela nafas, membiarkan lift turun ke basement sebelum ia kembali menekan angka dimana ruangannya berada.

“Saya mohon pak, perasaan bapak jangan diteruskan, saya benar-benar minta maaf atas kejadian saat itu.”

“Natta,” Mile menahan bahu Apo,

“Saya janji akan menjelaskan semuanya sama kamu, termasuk tentang Kai dan keluarga saya, tapi jangan minta saya untuk berhenti suka sama kamu, Natta. Saya cuma minta waktu sama kamu, apakah boleh?”

Perasaan Apo tentu saja goyah, menyukai pria di hadapannya adalah hal yang sangat terlarang saat ini, wajah manis Kai terus ikut membayangi dirinya.

Tapi Apo juga penasaran dengan penjelasan yang dijanjikan Mile, apa dia masih punya harapan?

“Maaf pak, saya tidak bisa menjanjikan apapun, dan saya harap setelah ini saya dan bapak kembali seperti layaknya bos dan sekretaris seperti sebelumnya.”

Mile melepas bahu Apo, ia paham, ia tidak bisa memaksa Apo untuk memahami situasinya.

“Saya paham, saya harap kamu mau menunggu saya, Natta.” Apo menghela nafas,

hubungan percintaannya selalu buruk.

ting!

Pintu lift kembali terbuka di lantai awal, kali ini Apo memilih keluar dari lift.

“Saya akan menggunakan lift yang lain pak, hati-hati di jalan pak Phakphum.” Ucapnya lalu menganguk kecil sebelum pintu lift kembali tertutup dan membawa Mile turun kebawah seorang sendiri dengan meninggalkan perasaan campur aduk bagi keduanya.

©️dearyoutoday

I found you.” Ken menoleh,

“Oh?” Pria itu tidak terkejut dengan kehadiran Sean disana.

Ia tahu Sean akan serius mencarinya walau sampai ke ujung dunia sekalipun.

So, you came this far just for these trash.” Tunjuk Sean ke arah dua perempuan dengan pakaian minim di atas pangkuan Ken.

Ken meneguk alkoholnya dengan tenang, sedangkan salah satu perempuan di pangkuannya berdiri dengan kesal.

Who are you?!” Perempuan itu mendorong bahu Sean, tidak terima diganggu pria yang tiba-tiba datang merusak momennya.

Me?” Sean memandang remeh perempuan di hadapannya lalu mengangkat tangan kanannya, menunjukkan cincin perak yang melingkar di jari manisnya.

I’m his husband, didn’t you see that ring, bitch?” Ucap Sean lalu menunjuk Ken dengan dagunya yang membuat kedua perempuan itu menoleh ke arah Ken.

Mereka bisa melihat dengan jelas cincin perak yang melingkar di jari manis Ken ketika pria itu kembali mengangkat gelas untuk meneguk whiskey, cincin yang sama dengan yang melingkar di jari Sean.

Perempuan yang masih duduk di pangkuan Ken reflek berdiri,

Get loss now!” Tanpa diminta dua kali, kedua perempuan itu segera menjauh dari Ken dan Sean.

Not funny, saya datang kesini untuk mencari kesenangan.” Ken meletakkan gelasnya, dan dengan cepat Sean mendudukan dirinya di pangkuan Ken sebelum pria itu berdiri.

“Sama gue! I’ll give you that.”

Keduanya saling menatap, sebelum Ken membuang wajahnya,

It’s over now.”

“KEN!” Sean menahan bahu Ken yang nyaris mendorongnya.

“Biarin gue jelasin dulu, okay? Please gue mau jelasin ke lo.”

Ken menghela nafas, yang diartikan Sean jika prianya itu akan mendengarkan.

“Yang semalam itu emang gue, tapi, itu semua salah paham Ken, lo salah paham.”

That’s photo explain everything already, dimana letak salah pahamnya?” Tanya Ken dingin.

“Lo salah paham, gue gak pernah cium perempuan itu Ken, gue akui semalam gue mabok dan seingat gue Jacob bawa gue keluar buat pulang tapi entah kenapa tiba-tiba ada perempuan yang mendekat ke arah gue waktu Jacob balik ke dalam buat ambil kunci motor gue.”

“Setelah itu gue gak ingat apapun, yang gue tau paginya gue udah ada di tempat Jacob.”

“Ken gue gak bohong, gue berani sumpah, gue bahkan gak ingat kita ciuman, gue gak ingat apapun, gue udah tanya Jacob dan dia bilang gue cuma sendirian duduk di bawah waktu dia balik lagi.”

Ken menatap Sean yang mulai frustasi di atas pangkuannya, pria itu terlihat panik luar biasa, mencoba menjelaskan apapun.

“Demi Tuhan, gue gak pernah tidur dengan siapapun setelah kita menikah, Ken. Gue udah tinggalin semua kehidupan malam gue selain balapan dan party, gue gak bohong.” Sean meremas bahu Ken, nafasnya mulai memburu terbawa emosi.

“Gue emang pernah menentang pernikahan kita, tapi gue gak pernah melanggar janji gue Ken, gue gak sejahat itu untuk berbuat sejauh ini.” Ken bisa melihat mata Sean yang mulai basah, prianya menangis.

I am sorry Ken, gue tau kalau gue pernah minta pisah sama lo, tapi kali ini gue gak mau cerai, gue gak mau, tolong jangan lepas gue Ken. Gu-gue.”

Sean terisak, dadanya tiba-tiba terasa sesak.

Wajahnya sudah basah akan air mata, seluruh kilas balik kehidupannya setelah menikah dengan Ken seperti terputar ulang di dalam kepalanya, hatinya sungguh berat jika ia harus berpisah dengan pria yang sudah mengisi kehidupannya selama tiga tahun belakangan ini.

Menerima Ken dan kehidupan pernikahannya yang serba mendadak memanglah bukan hal yang mudah, Sean sudah berontak berkali-kali di awal pernikahannya, dan Ken mencoba bertahan berkali-kali pula walau pria yang lebih muda itu melempar surat cerai di depan wajahnya.

Keduanya menjalani waktu yang berat satu sama lain, jika bukan karena satu sama lain, hubungan mereka mungkin sudah berakhir di tahun pertama.

“G-gue mint-“ Ken merengkuh tubuh Sean.

Pria itu tidak kuat melihat Sean menangis seperti itu.

“Kenapa nangis? Hm? Where’s my big boy? Kalau kayak gini orang-orang gak ada yang percaya kalau kamu suka balapan.” Sean mencebik, lalu memukul pelan bahu Ken.

Not funny.” Ken tergelak sambil mengelus puncak kepala Sean.

“Saya minta maaf kalau bikin kamu sedih seperti ini, Sean.” Sean menggeleng, bagaimanapun dirinya lah yang salah disini.

“Gue gak mau pisah Ken.” Ucap Sean pelan, hatinya masih berat.

“Saya juga tidak ada niat untuk pisah sama kamu, Sean. Saya minta maaf sudah mengirim pesan kasar tadi pagi, tentu saya marah setelah melihat foto kamu dengan perempuan itu, tapi setelah menenangkan diri, saya tau saya juga salah.” Ken mengusap wajah Sean, ibu jarinya mencubit pelan pipi gembil suaminya itu.

“Saya sengaja memancing kamu kesini, saya tau kamu akan datang.” Ucap Ken lalu terkekeh, ia memang sengaja memancing kedatangan suaminya itu setelah meninggalkan petunjuk dimana ia berada.

“Tapi saya cukup terkejut setelah kamu menujukkan cincin pernikahan kita.”

Sean menghela nafas, selama ini dirinya sangat jarang mengenakkan cincin pernikahan di jari manisnya karena ia sengaja kalungkan cincin itu dari awal pernikahan, dan sekarang ia merasa bersalah.

“Hei, jangan merasa bersalah, saya sudah sangat senang jika kamu tidak membuang cincin itu, Sean.”

Ken membaca Sean dengan mudah.

“Gue gak sejahat itu, Ken.”

I know,” Ken kembali mengusap kepala Sean.

Keduanya kembali berpelukan,

So, how did you find me, baby?”

Ah, senang sekali rasanya kembali mendengar panggilan itu.

From that damn app, of course.” Ken tergelak,

I thought you hate that app so much.”

I hate that app, tapi karena tracker itu gue jadi bisa nemuin lo disini.”

Di awal pernikahan, Ken memasang tracker di handphone Sean yang memudahkan Ken untuk menemukan suaminya, tentu awalnya Sean menolak keras, ia tidak suka privasinya diganggu.

Siapa sangka kali ini ia sangat berterima kasih dengan aplikasi sialan itu.

Now, hand me your phone, sir.” Ucap Sean yang dibalas ekspresi bingung Ken.

My phone? For what?” Tanya Ken bingung sambil menyerahkan handphone-nya.

For this.” Obsidian Ken memperhatikan jemari Sean yang bergerak di layar handphone-nya, lalu terkekeh gemas setelah mengetahui Sean mengubah kembali profile picture miliknya.

You’re mine, Kennedy Ellison.” Ken mengangguk, sebelum menyatukan kedua dahi mereka lalu mengecup bibir terbuka Sean.

I’m yours, Sean Oliver.” Balasnya lalu kembali mencumbu sang suami.

©️dearyoutoday

Nodt & Nat

“Ada perlu apa?” Tanya Apo tepat setelah langkahnya berhenti tepat di depan counter table di kafe milik Nodt.

Tak perlu basa-basi, karena dirinya pun setengah hati mendatangi kafe tersebut seorang diri.

“Mau minum atau makan sesuatu?” Tawar Nodt, terlihat ingin mengulur waktu.

“Gak perlu, gue buru-buru.” Nodt menatap Apo dengan ekspresi yang susah di tebak.

Okay, kalo gitu ayo duduk disitu.” Pria itu menunjuk salah satu meja di sudut ruangan.

“Kenapa gak ngomong disini aja?”

“Ada yang mau gue omongin secara pribadi Nat, kalo disini semua orang bisa dengar.” Balas Nodt pelan.

Apo terlihat ragu namun akhirnya mengangguk setuju. Keduanya menuju meja di sudut ruangan.

“Gue boleh jujur gak Nat?” Tanya Nodt setelah keduanya duduk berhadapan.

“Apa?”

It's been 6 years, but the butterflies are still there whenever I see you.” Ucap pria di hadapan Apo, hampir berbisik di ujung kalimat.

Keduanya saling melempar pandang,

I am not surprised to know that you are still a sweet talker, Nodt.” Balas Apo sinis.

Only for you, Nat.”

Can you stop calling me Nat or Natta? We broke up 4 years ago, no need to call me like that anymore.”

“Apo is enough.” Lanjut Apo lalu menghela nafas, ia menatap ujung sepatunya tanpa minat.

“Kata siapa kita putus 4 tahun lalu?” Apo mengangkat wajahnya, kaget dengan ucapan Nodt.

What?”

“Faktanya salah satu dari kita tidak pernah mengucapkan kata putus Nat, and No, I won’t stop calling you Natta.”

Apo menyandarkan tubuhnya di kursi, berusaha menerima setiap perkataan Nodt.

It’s been 4 years already, what do you expect? Gue yang nungguin lu tanpa kepastian sampai sekarang? Are you fucking serious?” Apo menekan setiap kata yang ia keluarkan.

“Gue gak bilang gitu, gue cuma bilang faktanya kita gak pernah putus.”

You clearly said that we need to break, okay? You were the one who said that 4 years ago Nodt.”

I said we need a break -rehat- not to break up, that means different you know.” Apo tidak bisa menyembunyikan ekspresi kaget bercampur kesalnya.

Ia bahkan hampir kehilangan kata-kata.

I don’t have time for this bullshit, kalo lu nyuruh gue datang cuma buat ngomongin ini mending gue pergi sekarang.” Apo berniat untuk bangun dari kursinya sebelum Nodt menahannya.

“Gue belum selesai Nat.”

Stop calling me Nat, God damn it!

Keduanya saling menatap dengan ekspresi yang berbeda.

Nodt mengeluarkan sesuatu dari balik meja, sebuah jewel case berisi CD yang sejak awal ia pegang.

For you.” Pria itu mendorong jewel case ke arah Apo.

Apo menatap jewel case di hadapannya dengan perasaan campur aduk.

“Gue gak yakin kalo lu masih punya CD player di rumah tapi gue lebih nyaman pakai cara lama kayak gini.” Lanjut Nodt.

“Gue gak bisa nerima ini.” Apo mendorong balik jewel case di hadapannya.

You need to take this Nat, please? Gue buat ini 4 tahun lalu sebelum berangkat ke singapura, but I was such a coward to give you this back then.”

What's the point of giving me this now?”

“Anggap aja pembelaan diri gue dulu, plus lu harus tau alasan gue 4 tahun lalu.” Mendadak Apo merasakan sakit kepala.

“Nodt gue udah punya pacar sekarang, there is no way buat gue dengerin pembelaan diri lu dari kejadian empat tahun yang lalu.”

“Gue tau lu udah punya pacar even tho status kita belum selesai. But still, you need to take this.” Lagi, Nodt mendorong jewel case ke arah Apo.

Apo menghela nafas, mencoba memikirkan banyak hal.

Ia menegakkan duduknya,

“Nodt, gue kesini cuma mau mempertegas dan menyelesaikan semua masalah, gue gak mau dihantui perasaan bersalah sama pacar gue sekarang.”

I can’t take this, apapun itu alasan lu empat tahun lalu, semua selesai di tahun itu. Kepergian lu tanpa alasan udah jadi alasan yang kuat buat gue untuk mengakhiri hubungan ini dengan atau tanpa bilang ke lu, karena lu yang mulai semuanya, Nodt.”

And I can’t say sorry either, gue tidak merasa bersalah karena gue punya pacar sekarang. I don’t care sama apapun yang lu pikirkan tentang hubungan kita sekarang, but for me, it was over since 4 years ago, the first day you left me tanpa kabar.” Apo menekan kata terakhir.

“Jadi tolong hargai kehidupan gue sekarang, karena gue sudah sangat menghargai kehidupan lu sejak awal kita pisah, gue gak pernah ganggu lu selama ini, so please, respect my choice now.”

“Lu harus terima kalau hubungan ini sudah berakhir, perasaan gue ke lu udah hilang, semuanya selesai, Nodt.”

Nodt meremas kedua tangannya, perasaannya kacau, tapi ia tidak bisa mengelak.

Apo benar.

Apapun itu, dia lah yang salah disini. Jika bukan karena ia tiba-tiba meninggalkan Apo tanpa kabar, mungkin keduanya masih saling menjalin hubungan dengan manis sampai sekarang.

Apo menghela nafas, ia tak menyangka akan menumpahkan semuanya di depan mantannya itu, tapi ia memang harus tegas. Hubungan mereka sudah berakhir, tidak ada yang bisa dipertahankan, dan dia harus menghargai Mile yang menjadi pasangannya saat ini.

“Gu— gue udah gak punya kesempatan ya Po?” Tanya Nodt pelan,

You’ll find better person than me Nodt, kalau gue bisa, lu juga pasti bisa, it’s not too late.”

“Kalau kita berteman lagi, boleh?” Apo menatap Nodt yang tampak sedih.

We better not, sampai perasaan lu benar-benar selesai sama gue, and I don’t think my boyfriend will like this too, dia tau hubungan kita dulu bagaimana.”

Kali ini helaan nafas terdengar dari Nodt, sepertinya pria itu harus menerima takdirnya.

Berpisah dengan sosok yang masih menjadi pemenang hatinya.

Okay Po, I’ll accept it, emang kayaknya kita perlu jaga jarak dulu sampai perasaan gue sembuh.” Apo mengangguk setuju.

Btw Po, can I know Donat’s update? Dia masih sama lu kan?” Apo mengangguk,

“Masih,”

Nodt mengangguk senang,

Glad to know that, gara-gara dia, gue jadi adopsi kucing putih lagi, and I have 6 cats now,“

Donat is really good now, punya 6 saudara juga.”

“Oh wow, lu punya 7 kucing sekarang?”

“Tiga, yang dua punya pacar gue, lainnya punya sepupu gue.”

Keduanya kembali hening,

“Kayaknya gue harus balik sekarang,” Nodt mengangguk,

“Titip salam buat Donat ya Po, gue tau hubungan kita udah selesai, tapi setidaknya masih ada Donat yang bikin gue senang.” Apo mengangguk.

Ia juga mengkui kalau kucing putihnya yang bernama Donat itu adalah kucing yang dia dan Nodt adopsi waktu menjalin hubungan dulu. Nama Donat sendiri diambil dari nama mereka berdua, Nodt dan Nat, dengan posisi nama Nodt yang dibalik.

Don’t worry, Donat bahagia sama keluarga barunya.”

Yeah, he should.”

“Kalau gitu gue pamit Nodt,” keduanya berdiri,

“Gue harap yang terbaik buat lu,” Apo mengulurkan tangannya,

Thanks Po, gue juga harap lu bahagia selalu.” Balas Nodt lalu menjabat tangan Apo, keduanya bersalaman.

Entah apakah ini tanda perpisahan atau bukan, yang jelas tepat di jam ini, Nodt dan Apo resmi mengakhiri hubungan mereka, dan menerima kenyataan satu sama lain.

Apo pun segera segera keluar dan membawa motornya meninggalkan kafe milik Nodt dengan perasaan lebih tenang.

©dearyoutoday

Setelah mengirim pesan ke Jayden, sepupunya Raya, Rama hanya bisa berdiri di samping mobilnya, menunggu kedatangan Raya dengan gugup.

Obsidiannya menangkap siluet pria yang berlari kecil menuju ke arahnya.

Semakin dekat siluet itu, semakin jelas pula jika itu Raya, sosok yang ia tunggu berlari kecil diikuti rambut yang memantul lucu.

“Kak Rama?” Rama yang bersandar di mobil langsung menegakkan tubuhnya.

“Hai Raya.” Ia berusaha sesantai mungkin menyapa Raya walau jantungnya berdebar cepat.

“Hai kak, ada apa kesini? Gue kaget banget waktu bang Jay bilang ada tamu buat gue dan itu kak Rama.”

Rama mengangguk sambil mengaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dengan telunjuk

“Gue mau klarifikasi.” Raya mengernyit bingung,

“Tentang?”

“Pertunangan gue.” Ekspresi Raya berubah sedikit.

Jadi Rama datang menyusulnya hanya untuk membahas hal yang membuatnya sedih hari ini?

“Oh iya kak, selamat ya.” Rama menggeleng cepat,

“Gue gak tunangan Raya, bukan gue yang tunangan.” Raya semakin bingung,

“Yang tunangan sepupu gue, kakaknya Danny.” Jelas Rama sedikit frustasi karena ulah usil Danny.

Apa ini? Banyak informasi baru yang membingungkan Raya.

“Sebentar deh kak, jadi yang tunangan sepupu kak Rama?” Rama mengangguk,

“Sepupu kak Rama itu kakaknya kak Danny?” Lagi, Rama mengangguki pertanyaan Raya.

“Berarti kak Rama sekeluarga sama kak Danny?” Kali ini Rama ikut mengernyit,

“Raya, jadi lo gak tau kalo gue sama Danny sepupuan?” Raya menggeleng polos, ia bahkan baru tau informasi itu sekarang.

Hal ini juga menjadi informasi baru bagi Rama, pria itu kira Raya tau hubungan antara dirinya dan Danny.

“Gue sama Danny sepupuan, sebenarnya Danny itu kakak sepupu gue walaupun seumuran.” Raya mengangguk paham.

“Jadi kak Rama gak tunangan?”

“Nggak, gue gak tunangan, gue bahkan gak tau mau tunangan sama siapa.” Raya mengerjap,

“Emang pacarnya kak Rama gak mau diajak tunangan?”

Rama menghela nafas,

“Gue gak punya pacar, Raya.” Balas Rama dengan suara pelan.

“Oh?”

Haruskah Raya senang sekarang?

“Gue kira kak Rama punya gebetan, makanya menjauh dari gue.”

Rama menatap Raya,

“Hm, Gue punya.”

Baru saja Raya merasa senang, sekarang perasannya kembali sedih.

“Semoga sukses sama gebetannya kak.” Suaranya berubah sedikit sendu.

Rama mengulum senyumnya.

“Raya.”

“Ya?”

Rama maju satu langkah, mendekat ke arah Raya yang bergeming di tempatnya.

“Gue emang punya gebetan, tapi waktu itu gebetan gue update foto cowok lain. Karena kejadian itu, gue kira gebetan gue ini punya pacar. Makanya gue menjauh dari lo, Raya.”

Hng?” Raya benar-benar tidak paham.

“Gue kurang jelas ya nunjukin perasaan gue ke lo?” Tanya Rama lalu tersenyum lembut.

“Hah?” Obsidiannya melebar diikuti jantungnya yang berdetak lebih cepat karena melihat wajah Rama sedekat itu.

“Gue udah lama suka sama lo, Raya. Maaf kalau gue baru berani bilang sekarang karena gue udah gak bisa simpan perasaan ini lebih lama lagi.” Ucap Rama lalu menatap Raya yang masih bergeming di posisinya.

Pria itu hanya mengerjap cepat tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Rama yang menangkap reaksi Raya pun segera melangkah mundur,

Sorry, gue gak maksud bikin lo kaget kayak gini.”

“Jangan terbebani sama perasaan gue ya, lo gak harus jawab apapun, gue cu-” Ucapan Rama terhenti setelah Raya maju mendekat ke arahnya dengan tiba-tiba.

“Gue juga suka sama lo kak!” Ucap pria itu cepat, rasa malu menyerangnya, tapi kesempatan ini tidak akan datang dua kali.

“Gue juga suka sama lo kak. Awalnya emang perasaan gue itu cuma rasa kagum waktu gue liat lo pas ospek, tapi lama-lama rasa kagum gue berubah jadi rasa suka waktu kita udah kenal as senior-junior.” Raya menarik nafas,

Gu-gue gak berani ngomong tiap ada lo karena gue selalu degdeg-an kak, tapi akhir-akhir ini gue lebih berani setelah kita pergi berdua. Cuma mungkin gue gak seaktif itu karena gue takut lo risih. Terus tiba-tiba lo menjauh dari gue, makanya gue pikir lo punya gebetan.” Raya meremat kaosnya gugup, sejak awal ia hanya bisa menatap sandalnya saja.

“Terus tadi waktu gue tau lo tunangan, gue sedih banget, tapi gue juga gak bisa apa-apa, karena once again, gue cuma junior lo kak.”

Akhirnya semua yang Raya simpan selama ini tumpah juga, perasaan lega luar biasa menghampirinya saat ini.

“Raya.” Yang dipanggil mengangkat wajahnya ragu-ragu.

“Gue lebih senang lihat wajah lo kalau lagi ngobrol.” Ucap Rama lalu tersenyum, ia tak menyangka jika Raya ikut menumpahkan perasaannya.

Perasaan mereka bukanlah rasa suka sepihak.

“Gue juga suka lo dari ospek, waktu lo dihukum joget di atas panggung.” Aku Rama lalu terbahak mengingat kejadian lucu yang menimpa Raya saat ospek karena pria itu lupa membawa tugasnya

“Kak Rama!” Raya malu luar biasa, dari sekian banyak kejadian kenapa harus kejadian memalukan.

Bahu Rama masih bergetar kecil menahan tawa.

Sorry, sorry, tapi serius, gue suka sama lo saat itu. Gue lihat lo lucu banget, tapi setiap gue mendekat, lo selalu menghindar, jadi gue pikir lo gak suka sama gue.” Raya menggeleng cepat.

“Bukan gak suka kak, gue cuma takut aja, sama malu.”

“Kenapa malu? Padahal lo lucu banget.”

Untung saja sekarang malam hari, wajahnya yang panas tidak terlalu terlihat.

“Setelah kejadian ojol waktu itu, gue berniat mau lebih serius dekat sama lo, Raya. Tapi tiba-tiba gue lihat lo update foto cowok.”

Foto cowok? Siapa?

“Maksud kak Rama tuh foto bang Jay?” Rama mengangguk,

“Kak! Astaga! Bang Jay itu sepupu gue, dia udah tunangan juga,” balas Raya kaget, tak pernah terbayangkan jika dia berpacaran dengan sepupu bawelnya itu.

“Iya, gue salah kerena gak nanya ke lo dulu saat itu, jadi gue milih buat menjauh, maaf.” Raya menggeleng, ia paham dengan posisi Rama, toh, dirinya juga mengalami hal serupa.

“Gue juga salah karena langsung percaya gitu aja sama pertunangan kak Rama.” Rama berdecak, masih kesal dengan ulah Danny

“Tapi karena permasalahan ini, gue jadi tau kalau ternyata perasaan kita sama,” Rama membuka pintu mobilnya, mengambil sesuatu yang sudah ia bawa sejak awal.

Rasa penasaran Raya berubah menjadi rasa terkejut setelah Rama membalik tubuhnya,

So, Raya, will you please be my boyfriend?” Tanya yang lebih tua sambil menyodorkan bouquet bunga di hadapannya.

Raya reflek menutup mulutnya, tidak menyangka kisah cintanya menjadi nyata.

Dengan mata yang mulai berair ia mengangguk yakin,

I will.” Balasnya lalu menghambur ke pelukan Rama.

My heart is all yours, kak.” Bisik Raya lalu memeluk tubuh Rama semakin erat.

And I love being yours, sayang.” Balas Rama lalu mengusap lembut kepala Raya.

You’ve never left my mind since that day.

©dearyoutoday

Kali ini keduanya sudah duduk dengan nyaman di mobil Mile yang sengaja dinyalakan untuk mendinginkan suhu tubuh mereka.

“Saya mau nagih penjelasan bapak perihal tadi pagi.” Ucap Natta dengan nada kecil, jujur saya ia agak takut.

Mile melirik Apo lalu berdeham sebelum mengarahkan tubuhnya ke arah Apo.

“Natta, sini lihat saya.” Apo ikut menoleh, walaupun bingung ia ikut mengarahkan tubuhnya ke arah Mile.

Keduanya saling berhadapan.

Mile menghela nafas,

“Natta, saya suka sama kamu.” Ucap Mile hati-hati dengan satu tarikan nafas.

“HAH?”

DUG!

“Aduh.” Kepala Apo menabrak pintu mobil karena reflek mundur setelah mendengar kalimat yang meluncur mulus dari belah bibir Mile, tanpa basa-basi.

Ia kaget bukan main.

“Natta,” Mile mengulurkan tangannya, ikut mengusap belakang kepala Apo.

“Bapak, sebentar.” Apo mendorong Mile pelan, ia perlu memahami situasi mereka saat ini.

“Tadi perasaan saya, bapak cuma minum wine satu gelas kan? Saya ingat bapak juga tipe yang kuat minum, tapi kenapa sekarang mabok? Maaf pak saya harus tanya ini buat memastikan.” Apo masih mengusap kepalanya sambil mengeluarkan apapun yang bisa ia keluarkan dari mulutnya.

Mile yang melihat itu pun tidak bisa menahan senyumnya,

“Natta,”

“Iya pak?”

“Kamu itu selalu lucu seperti ini ya?”

“YA TUHAN BAPAK!” Apo kembali meninggikan suaranya.

“Pak jangan gini pak, saya takut.” Akhirnya Mile terbahak, ekspresi Apo sungguh lucu di matanya.

“Takut kenapa, Natta? Saya kan gak mau makan kamu sekarang.”

Aduh, makan dalam artian apa dulu ini?

Natta menghela nafas, mencoba mengatur degup jantungnya.

“Saya gak tau ini bapak lagi bercanda atau nggak, tapi kalau bapak begini karena masih ngerasa tidak enak atas kejadian tahun lalu, saya benar-benar tidak ada masalah lagi pak, saya sudah lupain masalah tersebut.”

Ekspresi Mile berubah serius,

“Natta, I’m totally sober right now, and I’m not joking either. I like you Natta, saya serius suka sama kamu.” Natta hanya bisa mengerjap cepat,

apakah ia sedang bermimpi?

“Kalau kamu tanya saya, kenapa saya bisa suka kamu? It just happened like that, saya juga tidak tau kapan awalnya saya suka sama kamu, yang jelas saya baru sadar akhir-akhir ini.”

“Saya tau ucapan saya ini bisa jadi beban untuk kamu, tapi Natta, saya tidak memaksa kamu untuk suka balik sama saya. Kalau kamu suka sama saya juga, it will be great, berarti perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi, kalau kamu tidak suka sama saya, that’s okay, saya tidak bisa memaksaan perasaan orang lain untuk saya.” Jemari Mile bergerak merapikan rambut Apo yang sedikit berantakan.

“Jadi, no need to feel burden sama perasaan saya ya, jangan merasa ini beban yang harus kamu tanggung, no, ini tanggung jawab saya. Saya cuma ingin melegakan perasaan saya setelah menyatakan ini semua.”

“Maaf kalau kesananya saya bercanda atau tiba-tiba begini, tapi semua ini sudah saya pikirkan matang-matang, Natta.”

Ada jeda beberapa sekon keheningan sampai Natta membuka suara,

“Bapak,”

“Iya Natta?”

“Saya boleh cium bapak gak?” Pertanyaan tidak terguda keluar dari mulutnya.

Seluruh kalimat penjelasan Mile sukses membuatnya semakin melongo, ditambah ia hanya terfokus ke bibir Mile sejak tadi yang membuat dirinya terpancing.

“EH? Bukan gitu pak maksud saya, pak maaf bukan itu,” Apo jadi panik sendiri setelah sadar apa yang barusan ia tanyakan.

Anu— penjelasan bapak, iya penjelasan bapak tadi bikin saya gak fokus, maaf pak, bukan maksudmya lancang, saya cu—” Mile meraih dagu Apo lalu membawanya ke dalam ciuman lembut.

Tentu saja Apo kaget bukan main, terlalu banyak hal yang ia terima hari ini.

Ia bisa merasakan bibir Mile yang melumat bibirnya lembut lalu meninggalkan satu kecupan ringan sebelum menarik dirinya sebelum terlalu terbawa perasaan.

Rasanya Apo ingin sekali meleleh saat ini juga.

Tidak pernah terbayangkan jika dirinya akan dihadapkan posisi seperti ini, termasuk ciuman dengan bosnya.

“Bapak, maaf, saya belum kasih jawaban apapun tapi malah minta cium.” Apo bisa merasakan panas yang merambat di wajahnya.

Mile terkekeh, tangannya kembali mencubit pipi gembil Apo.

“Kenapa harus minta maaf? Harusnya saya yang minta maaf karena cium kamu tanpa izin.” Apo menggeleng, ia tidak setuju, dirinya yang genit inilah yang memulai semuanya.

“Natta, untuk pernyataan saya tadi tidak perlu diambil pusing okay? Kamu juga tidak harus kasih jawaban apapun sekarang, karena tujuan saya untuk minta izin, supaya saya bisa lebih dekat sama kamu, boleh?”

“Bapak nanti nyesal loh kalau suka sama saya.”

“Kenapa gitu?”

“Karena saya aslinya ngeri.” Ucap Apo yang sengaja menekan suaranya di kata ‘ngeri’.

Mile terbahak,

Okay, I can’t wait to see that side of you then.” Apo kembali bersemu.

“Jadi, apakah boleh?” Apo mengangguk malu-malu yang langsung mendapatkan pelukan hangat dari Mile.

Thank you, Natta.” Mile ikut bersemu, pria itu berusaha menyembunyikan wajahnya di belakang kepala Apo.

Oh Tuhan, mereka bahkan sudah bukan anak remaja lagi.

dearyoutoday

Kali ini keduanya sudah duduk dengan nyaman di mobil Mile yang sengaja dinyalakan untuk mendinginkan suhu tubuh mereka.

“Saya mau nagih penjelasan bapak perihal tadi pagi.” Ucap Natta dengan nada kecil, jujur saya ia agak takut.

Mile melirik Apo lalu berdeham sebelum mengarahkan tubuhnya ke arah Apo.

“Natta, sini lihat saya.” Apo ikut menoleh, walaupun bingung ia ikut mengarahkan tubuhnya ke arah Mile.

Keduanya saling berhadapan.

Mile menghela nafas,

“Natta, saya suka sama kamu.” Ucap Mile dengan hati-hati, satu tarikan nafas.

“HAH?”

DUG!

“Aduh.” Kepala Apo menabrak pintu mobil karena reflek mundur setelah mendengar kalimat yang meluncur mulus dari belah bibir Mile, tanpa basa-basi.

Ia kaget bukan main.

“Natta,” Mile mengulurkan tangannya, ikut mengusap belakang kepala Apo.

“Bapak, sebentar.” Apo mendorong Mile pelan, ia perlu memahami situasi mereka saat ini.

“Tadi perasaan saya, bapak cuma minum wine satu gelas kan? Saya ingat bapak juga tipe yang kuat minum, tapi kenapa sekarang mabok? Maaf pak saya harus tanya ini buat memastikan.” Apo masih mengusap kepalanya sambil mengeluarkan apapun yang bisa ia keluarkan dari mulutnya.

Mile yang melihat itu pun tidak bisa menahan senyumnya,

“Natta,”

“Iya pak?”

“Kamu itu selalu lucu seperti ini ya?”

“YA TUHAN BAPAK!” Apo kembali meninggikan suaranya.

“Pak jangan gini pak, saya takut.” Akhirnya Mile terbahak, ekspresi Apo sungguh lucu di matanya.

“Takut kenapa, Natta? Saya kan gak mau makan kamu sekarang.”

Aduh, makan dalam artian apa dulu ini?

Natta menghela nafas, mencoba mengatur degup jantungnya.

“Saya gak tau ini bapak lagi bercanda atau nggak, tapi kalau bapak begini karena masih ngerasa tidak enak atas kejadian tahun lalu, saya benar-benar tidak ada masalah lagi pak, saya sudah lupain masalah tersebut.”

Ekspresi Mile berubah serius,

“Natta, I’m totally sober right now, and I’m not joking either. I like you Natta, saya serius suka sama kamu.” Natta hanya bisa mengerjap cepat,

apakah ia sedang bermimpi?

“Kalau kamu tanya saya, kenapa saya bisa suka kamu? It just happened like that, saya juga tidak tau kapan awalnya saya suka sama kamu, yang jelas saya baru sadar akhir-akhir ini.”

“Saya tau ucapan saya ini bisa jadi beban untuk kamu, tapi Natta, saya tidak memaksa kamu untuk suka balik sama saya. Kalau kamu suka sama saya juga, it will be great, berarti perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi, kalau kamu tidak suka sama saya, that’s okay, saya tidak bisa memaksaan perasaan orang lain untuk saya.” Jemari Mile bergerak merapikan rambut Apo yang sedikit berantakan.

“Jadi, no need to feel burden sama perasaan saya ya, jangan merasa ini beban yang harus kamu tanggung, no, ini tanggung jawab saya. Saya cuma ingin melegakan perasaan saya setelah menyatakan ini semua.”

“Maaf kalau kesananya saya bercanda atau tiba-tiba begini, tapi semua ini sudah saya pikirkan matang-matang, Natta.”

Ada jeda beberapa sekon keheningan sampai Natta membuka suara,

“Bapak,”

“Iya Natta?”

“Saya boleh cium bapak gak?” Pertanyaan tidak terguda keluar dari mulutnya.

Seluruh kalimat penjelasan Mile sukses membuatnya semakin melongo, ditambah ia hanya terfokus ke bibir Mile sejak tadi yang membuat dirinya terpancing.

“EH? Bukan gitu pak maksud saya, pak maaf bukan itu,” Apo jadi panik sendiri setelah sadar apa yang barusan ia tanyakan.

Anu— penjelasan bapak, iya penjelasan bapak tadi bikin saya gak fokus, maaf pak, bukan maksudmya lancang, saya cu—” Mile meraih dagu Apo lalu membawanya ke dalam ciuman lembut.

Tentu saja Apo kaget bukan main, terlalu banyak hal yang ia terima hari ini.

Ia bisa merasakan bibir Mile yang melumat bibirnya lembut lalu meninggalkan satu kecupan ringan sebelum menarik dirinya sebelum terlalu terbawa perasaan.

Rasanya Apo ingin sekali meleleh saat ini juga.

Tidak pernah terbayangkan jika dirinya akan dihadapkan posisi seperti ini, termasuk ciuman dengan bosnya.

“Bapak, maaf, saya belum kasih jawaban apapun tapi malah minta cium.” Apo bisa merasakan panas yang merambat di wajahnya.

Mile terkekeh, tangannya kembali mencubit pipi gembil Apo.

“Kenapa harus minta maaf? Harusnya saya yang minta maaf karena cium kamu tanpa izin.” Apo menggeleng, ia tidak setuju, dirinya yang genit inilah yang memulai semuanya.

“Natta, untuk pernyataan saya tadi tidak perlu diambil pusing okay? Kamu juga tidak harus kasih jawaban apapun sekarang, karena tujuan saya untuk minta izin, supaya saya bisa lebih dekat sama kamu, boleh?”

“Bapak nanti nyesal loh kalau suka sama saya.”

“Kenapa gitu?”

“Karena saya aslinya ngeri.” Ucap Apo yang sengaja menekan suaranya di kata ‘ngeri’.

Mile terbahak,

Okay, I can’t wait to see that side of you then.” Apo kembali bersemu.

“Jadi, apakah boleh?” Apo mengangguk malu-malu yang langsung mendapatkan pelukan hangat dari Mile.

Thank you, Natta.” Mile ikut bersemu, pria itu berusaha menyembunyikan wajahnya di belakang kepala Apo.

Oh Tuhan, mereka bahkan sudah bukan anak remaja lagi.

dearyoutoday